Selain Indonesia, ada 14 negara lainnya yang mengikuti kompetisi. Di antara mereka, ada empat negara yang merupakan rival tersulit.
"Korea, Jepang, Manila, dan Singapura adalah empat negara yang tersulit. Di negara-negara tersebut balet bukan jadi aktivitas les atau after school saja, tapi full time dan mayoritas mereka home schooling. Jadi mereka yang belajar full time balet," kata Director of Performing Art sekaligus pengajar MDA, Claresta Alim saat jumpa pers di Gedung Kesenian Jakarta, Kamis (24/8/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Tak hanya cerita mengenai kemenangan Indonesia di Asian Grandprix saja, tapi para penari juga ditawari untuk mengikuti beasiswa dari Roma, Italia. Salah seorang penari yang berada di atas panggung juga mengubgkapkan hal tersebut.
"Di Hong Kong pas final ada orang sekolah balet dari Roma yang menawarkan full scholarship di sana. Buat penari yang nggak menang juga beasiswa 50:50," tambahnya.
Di ajang Asian Grandprix, murid-murid MDA yang berhasil meraih emas di kategori pre competitive 1 yaitu Freya Zaviera Narendrasetya, pre competitive 2 yaitu Ilona Jahja dan pre competitive 3 yaitu Rebecca Alexandria Hadibroto.
Serta medali perunggu untuk kategori pre competitive 2 yaitu Alexandria Charlotte Eleanore dan 2 penari memperoleh penghargaan Fonteyn atau ke-4 yaitu Efania Sumanadevi, dan Alya Fathiyyah Zulfa serta penghargaan sansha atau ke-5 yaitu Raissa Septi Azmi.
(tia/dal)