Di ajang PechaKucha Night Jakarta Vol.30 yang bertemakan 'PopArt Culture', The Popo menceritakan mengenai satu peristiwa saat menciptakan mural di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara.
Saat itu, dia tengah mengerjakan proyek seni bernama Kaliopak Movement bersama Trotoart. Suatu hari, dia iseng-iseng membuat mural di bagian depan sebuah warung Tegal (warteg). Seminggu kemudian ketika datang lagi, warungnya sudah ramai didatangi warga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gambar di warteg itu adalah prestasi terbesar saya, seminggu kemudian kok laku yah wartegnya," ujar The Popo tertawa kepada pengunjung yang menghadiri PechaKucha Night Jakarta Vol.30, semalam.
![]() |
Dia pun diberikan hadiah dengan diizinkan makan di warteg tersebut seumur hidup. Namun, lanjut The Popo, hadiah dari warteg diberikan kepada seorang tukang sapu yang membantu ketika mengerjakan Kaliopak Movement.
"Gue sudah jarang datang ke sana. Saya bilang aja, akses makan seumur hidup saya kasih ke dia dan itu prestasi terbesar saya," pungkas The Popo.
Awalnya, The Popo tertarik membuat mural demi keisengan belaka. Selain memanfaatkan ruang publik sebagai tempat berkarya, mulai tahun 2008 Popo beberapa kali melakukan pameran di sejumlah galeri. Di antaranya RURU Gallery, Komunitas Salihara, dan Soemardja Gallery.