Film 'Turah' mengangkat potret kehidupan warga Kampung Tirang, di Kota Tegal. Kampung Tirang merupakan sebuah desa kecil yang berasal dari tanah timbul dan dikelilingi oleh air laut.
Kampung Tirang hanya memiliki listrik di malam hari atas bantuan genset dan tidak ada air bersih di kampung tersebut.
Adalah Turah (Ubaidillah), seorang pria yang awalnya hidup bersama istrinya, Kanti (Narti Diono) di Kampung Tirang. Sosoknya pendiam dan tenang. Turah ditugasi untuk menjaga kenyamanan warga di Kampung Tirang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cerita kemudian berfokus pada penggambaran kehidupan warga di Kampung Tirang. Warga Kampung Tirang hidup dalam ironi antara pesimis, takut, dan penerimaan nasib atas penguasaan Darso (Yono Daryono), yang mereka panggil Juragan, terhadap tanah tersebut.
![]() |
Darso yang menganggap tanah timbul tersebut miliknya, menjadi pemberi 'kehidupan' bagi para warga yang tinggal di atasnya. Munculnya seorang sarjana bernama Pakel (Rudi Iteng) sebagai orang kepercayaan Darso, membuat para warga semakin 'terkerdilkan'.
Munculnya tokoh Jadag (Slamet Ambari), seorang lulusan SD yang kerap mabuk-mabukan dan pasang nomor togel, yang digambarkan memiliki karakter meledak-ledak, yang berani melawan dan mempertanyakan haknya, menjadi tokoh yang kemudian menggulirkan cerita film ini.
Jadag memiliki seorang istri bernama Rum (Cartiwi) yang tengah hamil besar dan digambarkan sebagai seorang yang cerewet dan galak. Ada juga seorang anak bernama Roji (Muh. Riziq).
Kenyamanan Turah dan warga Kampung Tirang justru terganggu ketika mereka mulai mempertanyakan kekuasaan Juragan Darso dan hak mereka.
Di awal film, penonton diajak untuk tidak bersimpati kepada Jadag yang meledak-ledak, pemabuk, dan terkesan kasar. Jadag juga digambarkan sebagai pria pemalas, tidak memiliki pekerjaan, dan kerap bertengkar dengan istrinya.
Meski tidak simpatik, namun, justru tokoh Darso-lah yang, di sepanjang film, mengajak penonton untuk mempertanyakan, apa arti kemerdekaan atas Tanah Air yang dipijak, jika hidup pun masih di bawah kuasa orang lain.
Penonton juga diajak untuk menyadari bahwa pendidikan dan bangku sekolah masih menjadi kemewahan yang belum semua orang bisa kecap.
Disutradarai oleh Wicaksono Wisnu Legowo dan diproduseri oleh Ifa Isfansyah, film ini menggunakan bahasa Jawa Ngapak dalam dialognya. Hal yang membuat film 'Turah' terasa begitu realistis.
Menonton 'Turah' selama 83 menit rasanya tidak seperti sedang menonton film, tapi seperti menyaksikan potret kehidupan.