"Tahun depan Jazz Gunung Bromo memasuki satu dekade yang Insya Allah akan kami gelar akhir Juli tahun depan," kata Sigit di atas Amfiteater usai penampilan Monita Tahalea, Jumat (18/8/2017) malam.
![]() |
Ia juga mengungkapkan pihaknya sudah tidak bisa lagi menambah kapasitas penonton dan venue pertunjukan Jazz Gunung Bromo akibat keterbatasan venue. "Sisi kiri kanan sudah lembah dan jurang sehingga ini sudah maksimal," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun Sigit memastikan akan menyuguhkan sesuatu yang lebih dalam gelaran Jazz Gunung Bromo tahun depan. "Karena sudah mentok, kami akan tambah hari pelaksanaannya dan juga artis pendukungnya serta kualitas yang lainnya tentunya," tambah Sigit.
Sementara Djajuk Ferianto yang juga penggagas Jazz Gunung Bromo mengaku sangat bersyukur festival yang dibuatnya sejak 2009 lalu bersama Butet Kertadjasa dan Sigit Pramono bisa bertahan.
![]() |
"Agak jungkir balik, Jazz sebuah kemewahan bukan ekonominya tapi kemewahan semangatnya," kata Djajuk saat meet and greet bersama all artis di ruang Papua, Jiwa Jawa Resort Bromo.
Hal senada dikatakan Butet Kertadjasa yang mengaku pagelaran seni budaya di Indonesia saat ini tidak bisa bertahan karena seniman dan penyelenggara masih mesubsidi penonton. Tapi berbeda dengan Jazz Gunung Bromo yang berkembang pesat. "Awalnya hanya 300 orang sekarang sudah 2 ribu lebih," tambah Butet.