Di salah satu cerpen yang berjudul 'Laki-laki di Televisi', Okky menceritakan kejadian di baliknya.
"Saya tulis itu setelah peristiwa pengeboman di Hotel JW Marriot. Ada juga yang saya tulis trus sibuk ngerjain sesuatu dan saya lupakan selama setahun," kata Okky menceritakan kepada detikHOT di Gedung Tjipta Niaga, akhir pekan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cerpen 'Sarap' dan 'Pemain Topeng' tentang kisah orang yang bersembunyi, yang satu seseorang yang bersembunyi di balik status orang gilang, dan satunya lagi di balik topeng wajah ceria. 'Keumala' tentang seorang gadis yang ingin berlari dari hidupnya, 'Dua Pengantin' yang memilih jalan pintas menjadi pelaku bom bunuh diri untuk menuju surga agar bertemu dengan sepuluh bidadari.
Menurutnya, proses penulisan cerpen memang diakui lebih cepat. Namun, baik cerpen maupun novel sama-sama memiliki kesulitan yang sama.
"Tentu lebih cepat dari novel, tapi ternyata kesulitannya sama dan cerpen butuh lama untuk menyelesaikannya. Kalau novel saya seperti orang bekerja dan fokus mengerjakannya," tutur Okky.
Cerpen yang ditulis selama kurun waktu satu dekade berkarier sebagai penulis, diakui Okky akhirnya berani diterbitkannya. Salah satu faktor yang membuatnya menunda menerbitkan buku kumcer karena tidak terlalu percaya diri.
"Itu untuk konsumsi gue ajalah, setelah saya mendapatkan respons positif dari pembaca akhirnya pede. Memang ada cerita yang dianggap dangkal tapi itulah perjalanan kepengarangan saya. Bahwa saya harus belajar untuk mengembangkan diri sendiri lagi," tutup Okky.
Baca juga: Merayakan Sastra di Kota Tua |