Di tahun 1930an, Sudarso yang bermula dari seorang pengantar susu di Bandung, kini lukisan-lukisannya dikoleksi Istana Kepresidenan dan tengah dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta. Lukisan Sudarso menjadi salah satu dari 48 lukisan dalam pameran koleksi Istana Kepresidenan yang berjudul 'Senandung Ibu Pertiwi' yang dibuka pada 1 Agustus lalu.
Bagaimana cerita Sudarso sampai karyanya dikoleksi Bung Karno?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bapak selalu mengantarkan susu ke rumah Affandi. Lalu diam di depan pintu sambil melihat Affandi melukis. Begitu setiap hari, Pak Affandi sadar trus bertanya, 'so, kamu suka melukis toh?'. Bapak jawab, 'iya, gan'. Pak Affandi dipanggil juragan sama Bapak," kenang Sudarwoto ditemui usai pembukaan pameran lukisan koleksi Istana Kepresidenan, kemarin.
![]() |
"Ya sudah kamu antar susu dulu ke semuanya, terakhir baru ke rumah saya," cerita Sudarwoto menirukan perkataan Affandi.
Sudarso nurut omongan Affandi. Saat di rumah Affandi, dia diberikan sisa cat yang sudah mengeras ke Sudarso. "So, ini kamu melukis pakai ini."
Setelah diberikan sisa cat yang mengeras, Sudarso melukis sampai selesai. Setelah 10 hari, dia kembali ke rumah Affandi dan mengatakan lukisannya sudah selesai. Di dinding rumahnya, satu buah lukisan dipajang dan Affandi yang dikenal sebagai maestro seni lukis Indonesia itu terpukau dengan karya Sudarso serta mengajaknya ikut nongkrong di kelompok 5 Bandung yang berdiri 1935 lalu.
Lambat laun, Sudarso mengenal Dullah dan jajaran pelukis lainnya. Sampai dia diundang untuk ngeteh dan ngobrol di halaman Istana Merdeka, sekadar mengobrol dengan Bung Karno.
Dari 3000 lukisan yang dikoleksi Istana Kepresidenan, ada 8 lukisan Sudarso yang tercatat dikoleksi Istana. "Sampai saat ini yang ketahuan ada di dalam buku catatan Bung Karno ada 8," ujar kurator pameran, Mikke Susanto, ketika mengobrol di Galeri Nasional Indonesia.
Sudarso dikenal suka melukis perempuan desa yang nampak sederhana dengan gambar pemandangan alam sebagai latar dengan gaya yang khas. Dia dianggap tepat dalam mengungkapkan psikologi wanita desa, sederhana, polos dan wajar, serta sebagian besar berpose sedang duduk. Beberapa karyanya berjudul 'Gajah Uwong', 'Wanita', 'Ibu dan Anak', dan 'Dik Kedah'. Di pameran 'Senandung Ibu Pertiwi', dua lukisan Sudarso 'Tiyul' dan 'Madonna' dapat dilihat publik hingga akhir Agustus.
(tia/tia)