Pameran Lukisan Koleksi Istana Kepresidenan Digelar Sepanjang Agustus

Pameran Lukisan Koleksi Istana Kepresidenan Digelar Sepanjang Agustus

Tia Agnes - detikHot
Senin, 31 Jul 2017 13:50 WIB
Foto: Pameran Lukisan Istana (Tia/detikHOT)
Jakarta - Peringatan kemerdekaan Republik Indonesia akan diramaikan oleh beragam kegiatan. Salah satunya adalah pameran lukisan koleksi Istana Kepresidenan yang mengusung tajuk 'Senandung Ibu Pertiwi, Tanah Air Indonesia'. Eksibisinya dibuka sepanjang bulan Agustus.

Pameran menyajikan 48 karya dari 41 perupa dengan berbagai irisan tematik antara lain adalah tema pemandangan alam, kesehari-harian, tradisi, mitologi dan religi.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari 48 karya tema mayoritasnya adalah pariwisata. Keragaman alam ada 12 lukisan, keseharian 11, soal tradisi 15, dan tema mitologi ada 10 lukisan," ujar Menteri Pariwisata, Arief Yahya, dalam jumpa pers di ruang serba guna Galeri Nasional Indonesia, Senin (31/7/2017).

Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf, menambahkan wacana mengenai pameran koleksi seni Istana Kepresidenan sudah dimulai tahun 2015. Dengan adanya eksibisi ini dapat membuka akses publik terhadap karya-karya yang dikoleksi negara dan Sukarno.



"Untuk mengakses karya yang ada di Istana maka dibukalah pameran koleksi seni Istana. Pameran ini juga didukung dengan sistem QR Code, nanti tur juga diatur ada 75 orang setiap 20 menit sekali," tambah Triawan.

Lukisan-lukisan yang ada di pameran seni koleksi Istana Kepresidenan di antaranya adalah lukisan 'Harimau Minum' (1863), karya Raden Saleh. Lukisan ini menampilkan suasana alam mistis, dramatis, dan warna cenderung redup. Pelukis Wakidi dengan Senja di Dataran Mahat (1954) menghadirkan suasana alam ber-bukit-bukit, salah satu obyek kegemarannya.



Lukisan 'Pantai Flores' (1942) yang semula cat air di atas kertas karya Bung Karno, atas permintaannya pada Basoeki Abdullah disalin kembali dalam lukisan cat minyak di atas kanvas.

Lukisan ' Potret Sumilah (Mimpi)' dari tahun 1950, karya Soedibio, misalnya menggambarkan perempuan berkebaya duduk bersila dengan latar pemandangan yang nampak surealistik, alam rekaan yang tak hadir dalam kehidupan nyata.

(tia/wes)

Hide Ads