Lukisan berjudul 'Nyanyian Sunyi Seorang Bisu' merespons gejolak kebangsaan yang sedang terjadi hari ini. Galih menceritakan judulnya sengaja diambil dari salah satu kumpulan catatan harian Pram selama dibui di Pulau Buru.
"Tokoh yang semasa hidupnya Pram adalah seorang yang berjasa lewat perjuanganya masa itu, namun tidak punya rumah. Rumah di sini dapat tidak diartikan sebagai house fisik semata, melainkan home yang juga mental atau spiritual tempat menemukan kehangatan dan kasih," kata Galih kepada detikHOT, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sosok dan perjalanan hidup Pram dikagumi oleh Galih. Pram yang saat itu selama masa kolonial bisa dibilang tak punya rumah. Dia dipenjara selama dua tahun oleh Belanda, dan 9 bulan selama Orde Lama. Era berganti, di Orde Baru Pram dilarang menulis, karyanya dilarang beredar, dan ditahan selama 14 tahun tanpa proses pengadilan.
![]() |
Lukisan yang menggunakan teknik montase itu memang terdapat beragam simbol. Galih memasukkan lambang perempuan, kuda, rumah, flora dan fauna, hingga sosok pria yang berkepala televisi. Lukisan yang dicat dengan arkilik itu menjadi salah satu karya yang memiliki cerita tersendiri.
"Setiap karya bagi saya punya cerita dan sejarah sendiri. Dinamika itu terus menerus saya alami dan saya pikirkan. Dan bagi saya karya terakhir-lah yang mencerminkan pemikiran terkini," pungkas Galih.