Di kota asalnya maupun Yogyakarta, banyak seniman yang bertebaran berkarya. Namun, tak banyak yang eksis dikenal sampai ke Ibu Kota dan melintas mancanegara.
Pria yang akrab disapa Galih terbilang sebagai seniman pendatang baru yang masih menapak di tangga-tangga awal. Sejak kecil, Galih sudah gemar menggambar dan tertarik terjun di seni rupa karena misteri di dalamnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Seni yang menuntut untuk jujur dan merdeka tapi kita harus bisa survive hidup dalamnya. Misterinya itu yang membuat saya tertarik," ujar Galih ketika dihubungi detikHOT, belum lama ini.
Usai lulusan dari jurusan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, Galih melanjutkan pendidikannya di ISI Yogyakarta. Sampai sekarang, Galih mantap berkarier sebagai seniman profesional.
Baginya, menjadi seorang seniman adalah melacak sejarah hidup karena Galih kurang pandai di bidang ilmu lainnya selain menggambar. "Saya menyukai setiap tantangan dalam dunia seni. Saya merasa seperti dilahirkan untuk melakukan ini, jadi seniman," pungkasnya.
Saat ini, pria kelahiran 29 April 1990 itu tengah menggelar pameran tunggal di Bentara Budaya Yogyakarta yang berjudul 'Imago Dei'. Sebanyak 18 lukisan yang dipajang hingga 28 Juli 2017. Kali ini, culture akan membahas mengenai profil Galih Reza Suseno.
Dia akan menceritakan tentang inspirasi pameran 'Imago Dei' atau 'Citraan Tuhan' serta teknik montase yang digeluti Galih. Simak artikel berikutnya!
(tia/doc)