.webp)
'Opera Ainun' diangkat berdasarkan novel yang ditulis oleh Rudy Habibie. Kisahnya menggambarkan tentang kisah cinta seorang pria bernama Rudy Habibie kepada orang tua, Ainun, cita-citanya, cinta kepada aeronautical engineering, Tanah Air hingga Tuhan Sang Pencipta.
Habibie mengatakan kisah cinta yang tulisnya ke dalam bentuk buku merupakan terapi karena sakit yang diderita. Dia mengisahkan saat hari ketujuh setelah Ainun dimakamkan, Habibie terjebak dalam keadaan tak sadar menangis mencari Ainun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dilaporkan pada dokter, saya diberi empat alternatif, masuk rumah sakit psikiatri, tinggal di rumah ahli datang mengobati, curhat pada tim, dan menulis. Saya ambil yang keempat. Dalam 2,5 bulan saya selesaikan, ternyata bukunya laris," kata Habibie, dalam keterangan yang diterima, Jumat (26/5/2017).
Setelah bukunya laris, ada seorang kawan yang menawarkan bagaimana kalau bukunya diadaptasi ke panggung opera. "Kawan Jerman yang baca buku bilang gitu. Lalu di follow up ke Purwatjaraka, mereka pun meeting," lanjut Habibie.
Kisah cinta Habibie-Ainun disebut-sebut seperti Romeo-Juliet maupun kisah Madame Butterfly Fuccini dan Carmen yang terkenal di panggung opera. 'Opera Ainun' hadir dalam bentuk opera seria klasik tiga babak.
Babak pertama menghadirkan bagaimana cinta menjadi tonggak utama pendukung kesempurnaan cinta. Kedua, cinta pada orang tua, cinta pada cita-cita, pasangan hidup, dan cinta pada Pencipta. Purwacaraka pun dipercaya sebagai conductor. Titien Wattimena sebagai penulis skenario dan Ari Tulang sebagai art director.
Preview 'Opera Ainun' digelar semalam. Setelahnya 'Opera Ainun' akan dipentaskan di Jakarta, Amsterdam, Paris, Wina dan Berlin.
(tia/srs)
