Selama 10 hari beragam pertunjukan tari, teater, dan kesenian lainnya akan meramaikan festival seni edisi kelima dari kota Utrecht. Koreografi garapan koreografer asal Solo Eko Supriyanto berisi program Non-Eropa.
"Koreografer kelahiran Indonesia Eko Supriyanto yang menari bersama dengan Madonna dan telah pentas di beberapa produksi internasional utama lainnya, mencampuradukkan kekayaan budaya tradisional dan tarian kontemporer," tutur keterangan Festival Spring Utrecht 2017, seperti dikutip detikHOT, Rabu (24/5/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lewat tarian berjudul 'Balabala', ada lima penari wanita muda dari komunitas kecil yang berada di bagian timur Indonesia yang sama sekali tidak memiliki latar pendidikan menari.
"Koreografi yang tenang tapi sangat kuat ini membuat Eko Supriyanto tanpa takut mengambil tema besar, seperti persoalan gender dan kolonialisme."
Lima penari asal Jailolo, Halmahera Barat itu menari beiringan dengan irama musik yang dikomposisi oleh Nyak Ina Raseuki. Bersama para penari, mereka membongkar irama dan bentuk tarian perang Cakalele dan Soya-soya yang biasanya digerakkan oleh laki-laki.
Baca Juga: Pentas 'Balabala' Eko Supriyanto: Tarian Perempuan dari Jailolo (tia/doc)