Kali ini, Institut Prancis di Indonesia (IFI) bekerja sama dengan EFEO (Lembaga Prancis untuk Kajian Asia menggelar sebuah diskusi tentang 'lukisan kaca' di Auditorium IFI Jakarta, kemarin. Jerome menjelaskan tentang karya seni dekoratif yang populer di abad ke-19 hingga ke-20.
"Perjalanan lukisan kaca diperkenalkan oleh pelukis Eropa dan Cina yang lukisannya menjadi ikon modernitas pencampuran antara gaya Jawa, Eropa, Tiongkok, dan Muslim," ujar Jerome di hadapan pengunjung diskusi yang hadir di IFI Jakarta, pada Rabu, 12 April 2017 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Simak: Big Bad Wolf 2017 Targetkan 350 Ribu Pengunjung Selama 12 Hari
![]() |
Jerome mengakui lukisan kaca yang saat ini terkenal berasal dari Cirebon. Namun sebenarnya, lanjut dia, menurut sejarah lukisan kaca juga terdapat di Bali, Aceh, dan Sumatera Barat. Dalam penelitiannya, Jerome pernah menemukan tulisan orang Jerman tentang cetakan pertama lukisan kaca pada Agustus 1850 silam.
"Saat itu, dia sedang ke Sumenep dan menemui Sultan Sumenep ternyata dia menyukai lukisan kaca dan menggemari melukisnya di atas medium kaca. Tapi sebagai hobi saja," jelas Direktur Pusat Studi Asia Tenggara di Prancis (CNRS-EHESS-INALCO) tersebut.
"Lukisan kaca merupakan satu medium di antara sekian medium lain seperti kertas, kayu, kulit, seng, di mana para seniman atau pengrajin sering menggunakan tema, unsur dan teknik yang sama atau yang mirip," katanya.
Jerome pun pernah menemukan foto otentik tentang lukisan kaca di tahun 1913 silam. Fotonya menampilkan seorang pelukis kaca yang tengah berpameran di Pasar Malam Surabaya, dua tahun sebelumnya dia pernah menggelar dua kali pameran.
"Dan pamerannya diliput oleh media lokal. Itu sebagai bentuk otentik bahwa lukisan kaca sangat populer di masanya," pungkasnya.
Saat ini, Jerome tengah mengusahakan agar hasil penelitiannya tentang lukisan kaca bisa dipublikasikan dalam bentuk buku.
(tia/ken)