.webp)
Album yang telah berusia 44 tahun tersebut dianggap menjadi album yang cukup penting dalam sejarah musik Indonesia.
"Kalau ngobrol tentang sesuatu yang ngelawan, dengan eksekusi yang beda juga, yang menggambarkan kondisi pada saat itu, ya (album) ini yang pertama," ujar pengamat dan pengarsip musik dari Irama Nusantara, David Tarigan saat ditanya seberapa signifikan album ini dalam acara peluncuran dan diskusi yang diadakan di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat malam (17/3/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, keberadaan Lion Records, label yang mencetak album tersebut dan kabarnya bertempat di Singapura, sekaligus sang pendana album Robert Wong Jr. pun masih menjadi misteri. Saat hendak merilis ulang album ini, Rendi Pratama mencoba menulusuri keberadaan Lion Records di Singapura, namun yang ia temukan pada alamat yang tertera justru toko kelontong.
Yang pasti, album tersebut direkam di studio Musica, Jakarta Selatan.
Sejumlah lagu dari album milik band folk rock dan progressive rock ini pun menjadi lagu yang kian bersejarah. Sebut saja 'Malaria' dan ' Borobudur'.
"Musik-musik almarhum itu sangat visioner. Seperti dalam lagu 'Roda Angin', saya rasa itulah yang menjadi inti dari album itu. Lirik-liriknya mempertanyakan apa yang sedang kita lakukan," ujar Indra Rivai, salah satu personel dari The Gang of Harry Roesli.
Diskusi yang hangat dan penuh tawa tersebut dihadiri oleh Hary Pochang dan Indra Rivai dari The Gang of Harry Roesli, David Tarigan, Edy Khemod dari Seringai dan Rumah Musik Harry Roesli, Rendi Pratomo dari LaMunai Records, dan kedua anak kembar almarhum Harry Roesli, Lahami dan Layala.
Album 'Philosophy Gang' ini dirilis kembali dalam format piringan hitam 12 inch.
Berikur daftar lagu dalam edisi rilisan ulang album tersebut:
Side 1
1. Peacock Dog
2. Roda Angin
3. Don't Talk About Freedom
Side 2
1. Borobudur
2. Imagine
3. Malaria
4. Roses
(srs/dal)
