Jagongan yang dalam bahasa Jawa berarti ngobrol-ngobrol bersama itu mengajak para pecinta sastra untuk mengikuti hajatan yang bertajuk 'Menggali Akar Tradisi Sastra Masyarakat Pegunungan' tersebut. Dalam keterangan yang diterima detikHOT, Selasa (20/12/2016), sastra gunung bukanlah urusan sastrawan semata tapi juga urusan masyarakat, sosial-budaya, dan kemanusiaan.
Baca Juga: Kisah River dan Raia Berlanjut di Buku 'The Way We Fall' Ika Natassa
Agenda dimulai pukul 10.00-12.00 WIB dengan dialog 'Menggali Akar Tradisi Sastra Masyarakat Pegunungan' bersama beberapa narasumber. Mereka adalah budayawan Temanggung Roso Titi Sarkoro, penulis Sundari Mardjuki, Dosen UNJ Kartika Mutiarasari, jurnalis Mohammad As'adi, dan tokoh masyarakat Gunung Sindoro, Jayeng Susilo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sore harinya 'Jagongan Sastra Gunung' dilanjutkan dengan dialog 'Seputar Seni Minum Kopi Bersama Mukidi' pukul 15.00-16.00 WIB. Setelah itu, pengunjung akan menyaksikan pertunjukan seni dan kreasi lokal, serta selebihnya bisa menikmati kuliner khas Gunung Sindoro.
'Jagongan Sastra Gunung' berlangsung pada Sabtu (24/12) akhir pekan ini di Desa Mranggen Kidul, Bansari, Temanggung, Jawa Tengah.
(tia/mmu)