Kali ini, Biennale Jatim 2015 mengambil tema 'Art Ecosystem: Now!' yang memandang praktik seni semata-mata bukan persoalan seniman tapi jejaring kultural. "Dalam bingkai art ecosystem, seniman bukan lagi sebuah subjek yang otonom, tetapi subjek yang berelasi aktif dengan medan seni dalam rangka mengukuhkan posisi dan reputasinya," ucap Kurator Biennale Jatim 6, Djuli Djatiprambudi dalam keterangannya, Selasa (10/11/2015).
Baca Juga: Festival Seni Dua Tahunan 'Biennale Jatim 6' Hadir November
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Biennale Jatim 6 diharapkan akan bertebaran karya-karya yang relatif baru dan terkini dari para perupa, baik dari sisi substansi dan pengucapan visualnya. Harapan ini penting untuk mengukur seberapa jauh perkembangan dan dinamika kreatif perupa Jawa Timur saat ini," ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jatim Jariyanto.
Seniman yang berpartisipasi di antaranya adalah Abqoriyin Hizan, Aditya Chandra, Adrinalia, Agung Prabowo, Agus Koecing, Bayu Edi Iswoyo, Beng Herman, Beny Wicaksono, Brinda Adi Juang Sukma, Budi Eka putra, Danni Febriana, Dhanoe, Dias Prabu, Didik Prasetyo, Dien Firmansyah R, Ebby Dwijaya, Elina Gault, Fadjar Junaedi, Galih Reza Suseno, Garis Edelweiss, Hannavy, Hening Purnamawati, Ida Latifa, Julian Abraham Togar, Jumaadi, Justian Jafin Rocx W, Lini Natalini Widhiasi, M Alifan Akbar, Noor Ibrahim, Serbuk Kayu, Setyoko, Taufik Monyong, Tedja Suminar, Tito Tryamei, Toni Ja'far, Tri Wahono, WAFT Lab, Wahyu Nugroho, Watoni, Widji Paminto Rahayu, X-Go, dan lain-lain.
(tia/tia)