Festival dua tahunan, Biennale Jogja XIII yang menggandeng seniman Nigeria resmi dibuka oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X di Jogja National Museum, kemarin. Berbagai acara musik sampai perfoming arts meramaikan malam pembukaan yang dipadati oleh anak-anak muda dan pecinta seni.
Salah satu pengisi acara pembuka Biennale Jogja XIII adalah anggota yang tersisa dari Ansambel Gembira Jakarta. Seperti Tuti, Hartina, Elly, dan Murtini yang merupakan anggota dari kelompok paduan musik di bawah komunitas kreatif Lekra di tahun 1960-an, bernama Lembaga Musik Indonesia (LMI).
Keempatnya kini bergabung dalam kelompok yang bernama Dialita 65 atau akronim dari 'Di Atas 50 Tahun'. Lagu-lagu enerjik ciptaan komposer Indonesia seperti 'Asia Afrika Bersatu', 'Padi untuk India', dan 'Viva Ganefo' dinyanyikannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: Gandeng Seniman Nigeria, Biennale Jogja XIII Resmi Dibuka!
Penampilan Dialita di Biennale Jogja XIII adalah yang pertama kalinya dilakukan di luar Jakarta. Serta panggung ke-27 sejak didirikan kembali 7 Desember 2012.
Selain Dialita, malam pembukaan festival juga dimeriahkan oleh musik-musik eksperimental seperti Senyawa. Generasi musik terbaru yang sangat berbeda dengan Dialita '65 yang muncul di era Soekarno dan juga berbeda dengan penampilan musik keroncog dari Orkes Nusa Permai.
Dari Dialita 65, Senyawa dan Lifepatch, Orkes Nusa Permai sampai Punkasila menjadi pengisi di panggung pembuka Biennale Jogja XIII. Aksi mereka menyimbolkan sebuah lintasan sejarah generasi yang panjang sekaligus menyandingkan panggung dengan seni rupa dua negara, Indonesia dan Nigeria.
(tia/ron)