Hidup pelukis sekaligus maestro seni lukis Basoeki Abdullah harus berakhir tragis. Sosok yang penuh dengan segala 'rayuan' kreatifnya itu meninggal dunia karena dibunuh di rumahnya yang sekarang menjadi lokasi Museum Basoeki Abdullah di Jalan Keuangan Raya nomor 19 Cilandak, Jakarta Selatan.
Namun sebelum kematiannya 5 November 2003 silam, ada satu lukisan abstrak yang juga dipajang di 'Rayuan 100 Tahun Basoeki Abdullah'. Lukisan tersebut berada di salah satu bab sang maestro dengan dirinya sendiri.
"Jika nanti melihat ada lukisan abstrak yang gayanya beda dengan lukisan pada umumnya Basoeki, percaya deh itu untuk dirinya sendiri. Cuma buat kesenangannya dia saja," ujar kurator pameran Mikke Susanto terkekeh saat keliling ruangan 'Rayuan 100 Tahun Basoeki Abdullah' di Museum Nasional Indonesia, Senin (21/9/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam katalog dijelaskan ada 7 karya yang memiliki aroma berbeda dan bergaya non-representasional atau abstrak. Menurut putrinya, Cecilia Sidhawati keinginan ayahnya melukis dengan gaya 'aneh' dipicu oleh tantangan Ciputra agar membuat karya yang tak biasa.
Hasilnya jauh dari harapan, Basoeki pernah memamerkannya tapi tak ada yang terjual. Enam di antaranya dikoleksi sekaligus dipajang di Museum Basoeki Abdullah. Satunya lagi menjadi koleksi Toeti Heraty di Galeri Cemara 6.
Beberapa waktu lalu, kepada detikHOT Toeti Heraty mengatakan asal muasal pemberian lukisan abstrak itu kepada dirinya. "Entah itu pertanda atau apa. Tapi lukisannya dikasih satu bulan sebelum kejadian pembunuhan. Saya nggak minta atau apa," ucap Toety.
Lukisan berwarna merah dan hitam berjudul 'Padang Pasir dan Darah' dibuat pada 1993 lalu. Kini, Anda bisa dilihat di Museum Nasional Indonesia sampai 30 September.
(tia/tia)