Program yang merupakan pengembangan tari dari tahun sebelumnya memetakan tari hingga akhir 1970an. Tahun ini, tiga koreografer muda tersebut adalah Ari Ersandi (Yogyakarta) dengan karya 'PINTU MeNUSIa', Gintar Pramana Ginting (Jakarta) dengan karya 'Ndemi Ku Kita', dan Moh. Hariyanto (Surabaya) dengan karya 'GHULUR'.
Simak: Sleman Gelar Festival Ketoprak 2015
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Amerta dan perupa Hanafi. Lawe Samagaha, seorang komposer dan juga Ines Somellera, aktor dan pengajar yoga juga diboyong ke ‘laboratorium’ untuk memberikan tambahan materi.
Kemudian, mereka kembali ke kotanya masing-masing dan merespons materi. Di Jakarta ditemani oleh pengampu Zen Hae, Yogyakarta oleh M.N Qomaruddin, dan Hariyanto yang di Surabaya.
Komite Tari DKJ, Sukarji Sriman mengatakan program unggulan ini adalah hasil evaluasi tahun lalu. "Programnya tidak hanya berbentuk pementasan tapi juga didahului oleh pengembangan dan pembelajaran dari ide, gagasan, dan pola pikir penciptaan karya bagi koreografer muda," katanya.
Pagelaran ini diselenggarakan juga untuk memetakan potensi koreografer yang ada di Indonesia dan menjadi wadah untuk mengkritisi praktik koreografi di tempatnya masing-masing. Format 'laboratorum' juga sebagai fokus utama bukan produk terakhir yang dihasilkan para penata tari ini.
(tia/tia)