Bagi 10 seniman Indonesia dan Jerman, pasar Tebet Timur dan Tebet Barat menjadi lokasi yang menarik untuk berpameran. Di dua tempat tersebut, mereka akan memajang karya seni dalam 'Jerman Fest 2015' yang dimulai dari 5 September hingga tiga bulan ke depan.
Fasilitator eksibisi yang berjudul 'Market Share' Leonhard Bartolomeus mengatakan pasar menjadi lokasi yang unik sekaligus pusat interaksi bagi masyarakat. "Ruangnya sangat cair dan ada banyak persoalan politik, konflik, ekonomi dan bukan tempat yang eksklusif bagi warga ibukota," ujarnya ditemui usai jumpa pers di Goethe Haus Institut Jakarta Pusat, Rabu (2/9/2015).
Atas alasan tersebut, ke-10 seniman berkolaborasi dan merespons fenomena sosial tersebut. Ada performing arts, seni instalasi, mural, video games hingga intervensi publik yang dipajang di dua lokasi pasar tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setiap seniman yang berpartisipasi pun, kata Barto, datang dari latar belakang yang berbeda. Seperti street artist asal Jakarta The Popo yang khas dengan karakternya, atau Maharani Mancanegara dengan lukisan berbahan material kayu, maupun Muhammad Fatchurofi yang pernah bekerja sama dengan Irwan Ahmett dalam membuat karya intervensi publik.
"Kurang lebih gambaran karya seninya seperti itu. Ada yang interaktif juga dengan masyarakat. Karena karya di ruang publik memang harus menyatu dengan mereka yang ada di pasar," tutur pria yang juga kurator di RURU Gallery ini.
Pameran 'Market Share' ini dikuratori oleh Ade Darmawan (pendiri Ruang Rupa) dan juga Tobias Rehberger yang merupakan seniman penerima Golden Lion di Venice Biennale ke-53. Keduanya yang menyeleksi para seniman muda asal Jerman-Indonesia.
Para seniman yang terlibat adalah Angga Cipta, Betrand Flanet, Edi Winarni, Hanna-Maria Hammari, Julia Zabowska, Liesel Burisch, Maharani Mancanegara, Muhammad Fatchurofi, The Popo, dan Putri Ayu Lestari. Pamerannya sendiri dibuka pada 10 November 2015. Jangan sampai ketinggalan!
(tia/ron)