Kording menjadi wadah beraktivitas untuk membuat kritik sosial atas kehidupan di kampus IKJ. Berawal dari era 1980-an, Kording dimulai oleh Tantio Adjie hingga tahun 1995. Tradisi ini dilanjutkan kembali oleh komikus Benny Rachmadi dan Muhammad 'Mice' Misrad bersama dengan Jack S.Riyadi.
Mereka begadang dan menginap di kampus sekedar membuat Kording. Kemudian pada Minggu malam atau Senin subuh, memasangnya di salah satu dinding kampus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: Dua Bulan Lagi, Komikus Mice Terbitkan Komik Inspiratif
Setiap terbit ada enam lembar Kording yang dipasang di papan pengumuman sebagai tempat penempelan nilai-nilai kuliah. Setiap Kording kala itu, mewakili studio-studio seperti DEGROEDE (Studio Kayu), "SL" (Studio Lukis), tapi ada juga yang mewakili personal.
Benny-Mice pun akhirnya menjadi kurator Kording atas arahan Dolorosa Sinaga. Dua puluhan delapan tahun berlalu dan tradisi ini tetap terjaga hingga kini.
Dalam rangkaian 45 Tahun IKJ, Fakultas Seni Rupa IKJ menggelar eksibisi ini dengan maksud komik telah menjadi budaya bagi kampusnya. "Komik bisa melihat cara dunia dan dunia butuh cara tertawa. Itulah komik," ucap Rektor IKJ, Wagiono Sunarto saat sambutan.
Kekuatan kritik sosial dan politik bisa dilihat dari komik-komik tersebut. "Jadi 28 tahun ini adalah pembelajaran dan mencoba cari cara yang aneh dan penting bagi perkembangan komik Indonesia," ungkapnya.
Di '28IKINI' dipajang jejak-jejak dokumentasi alumnus IKJ yang kini berkiprah di industri komik. Serta mahasiswa-mahasiswi IKJ yang menerbitkan karyanya. Pameran ini digelari hingga 4 Juli mendatang.
(tia/ron)