Dengan tema tersebut, menurut kurator Jakarta Biennale 2015 Charles Esche tema ini dinilai pas untuk diangkat sekarang ini. "Biennale sekarang ingin meninjau masa kini, tanpa harus terjebak ke nostalgia masa lampau dan utopia masa depan," ucapnya saat jumpa pers Jakarta Biennale 2015 di Galeri Cipta III, Jakarta Pusat, Kamis (11/6).
Melalui eksibisi ini, Jakarta Biennale ingin mengajak para seniman untuk bersikap terhadap masa sekarang dengan tindakannya. "Apa yang bisa seniman lalu di banyak kota yang kami gelar. Proyek ini akan menjadi pameran terbesar dan objektif yang masyarakat datang dan bisa menikmatinya," ungkap Charles yang juga Direktur Van Abbemuseum di Belanda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Eksekutif Jakarta Biennale Ade Darmawan juga mengatakan sejak 2009 silam, gelaran ini telah bertransformasi melibatkan publik dan ruang-ruang kota.
"Ruang publik menjadi bagian dari praktik dan strategi artistiknya dan menjadikan Jakarta Biennale sebagai platform yang mendukung praktik seni rupa kritis," katanya.
Festival yang sudah digelar ke-16 kalinya ini sudah diselenggarakan sejak 1974 silam dengan nama 'Pameran Seni Lukis Indonesia'. Jakarta Biennale akan diadakan pada 15 November 2015 hingga 17 Januari 2016 mendatang. Pembukaannya sendiri berlangsung di Gudang Sarinah, Jalan Pancoran Timur II/4, Jakarta Selatan.
Eksibisi ini menampilkan 40 seniman Indonesia dan 30 seniman internasional. Selain proyek seni di gudang tua Sarinah, proyek lainnya akan digelar di sekitar Sungai Ciliwung dan juga di Surabaya, Aceh, dan Makassar.
(tia/mmu)