Penggiat opera di Indonesia Erza Setyadharma mengatakan, sepanjang kariernya selama 15 tahun menangangi pertunjukan opera, kira-kira hanya 20 persen masyarakat yang menggemari musik klasik yang berakar dari Eropa.
"Tidak hanya piano, tapi instrumen yang lain sudah dibawa ke konservatori internasional dan banyak yang sudah dapat penghargaan dari Ratu Belanda. Atmosfer dan budayanya memang sudah beda," katanya usai jumpa pers 'Opera Traviata' di Ciputra Artpreneur, kemarin.
Baca Juga: Jelang 65 Tahun Italia-Indonesia, Opera 'Traviata' Digelar di Jakarta
Namun, lambat laun masyarakat Indonesia mulai mengetahui dan mengenal opera klasik. "Jadi yang dikenal opera itu bukan ada satu penyanyi seriosa dan digelar berjam-jam. Sudah banyak yang tahu apa itu opera," lanjutnya lagi.
Sayangnya, masyarakat Indonesia juga belum terbiasa menonton opera selama tiga jam lamanya. Menurut Erza yang biasa menyutradarai pertunjukan opera di Indonesia, publik baru betah menonton hanya satu jam.
"Di atas satu jam, sudah banyak yang bosan dan ingin keluar. Memang orang Indonesia harus belajar menonton opera," lanjutnya lagi.
Dalam waktu dekat, pementasan opera 'Traviata' akan digelar di Ciputra Artpreneur Theater Jakarta pada 14 Juni mendatang. Pentas ini digelar atas kerja sama dari Kedutaan Besar Italia di Jakarta, Instituto Italiano di Cultura Jakarta serta Ciputra Artpreneur.
(Tia Agnes Astuti/Is Mujiarso)