Eksibisi tunggal berjudul 'Apotheose' yang digelar hingga 17 Mei mendatang ini menampilkan dua seni instalasi terbarunya termasuk gambar dan sidik jari. Ia juga mengajak salah satu temannya penulis asal Thailand, Tunyaporn Hongtong untuk menulis esai singkat tentang pamerannya.
Salah satu karakteristik Albert adalah benda keramik berbentuk geometris dan simetris terorganisasi yang berasal dari objek yang sama. "Setiap bagian mewakili hewan, tumbuhan, manusia, dan beberapa bentuk arsitektur yang menyerupai kuil," ucapnya dilansir dari berbagai sumber, Kamis (30/4/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Albert menggunakan pola geometris yang sederhana. Seperti bentuk segitiga, lingkaran, persegi, segi enam atau bentuk berlian. Beberapa tahun belakangan, ia menciptakan beberapa instalasi yang berasal dari 'labirin'.
Polanya terdiri dari benda-benda berulang yang mirip dengan stupa atau kuil. Kata 'Apotheose' atau yang artinya 'pendewaan' adalah sinonim dari ramalan kata yang berarti 'memuliakan sesuatu.
Di Kyoto Jepang, ALbert tengah menyelesaikan gelar master di jurusan keramik kerajinan dan akan melanjutkan doktor tahun depan. Sejak 2012 lalu, ia melanjutkan studi seni keramik kontemporer di Kyoto Seika University.
Berbagai pameran telah diikutinya seperti di Indonesia, Singapura, Thailand, Italia, dan Jepang. Termasuk ajang seni rupa kontemporer terbesar di Venesia Biennale. Pameran tunggal sebelumnya 'Enshrined' juga dipamerkan di Mizuma Art Gallery, Tokyo.
(tia/tia)