Ternyata nuansa jadul itu justru menginspirasi enam seniman untuk berkarya. Hal itu terlihat dari karya yang dipajang di dinding sisi kiri kedai sejak akhir pekan lalu.
Dari pintu masuk, sejak pukul 7 pagi sampai 2 siang kedai akan selalu dipenuhi oleh pengunjung yang makan maupun sekedar nongkrong dan ngopi. Sebelas sketsa kasar dan audio visual menemani pengunjung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: Bukan Galeri, Kini Kedai Kopi Jadi Lokasi Pameran Seni
Evelyn tidak ingin ikut-ikutan tren memilih lokasi pameran di kedai kopi seperti kelompok seniman lainnya. Namun, ia justru tertarik dengan kedai yang kini diurus oleh Latif Yulis atau Ayauw tersebut.
Evelyn pun sudah membangun hubungan dekat dengan keluarga besar Tak Kie sejak 2008 silam. "Sejarah kedai kopi ini sudah panjang dan saya melihat banyak perubahan. Gedung yang sebelah tadinya masih ada, trus kebakaran, dirubuhin dan lagi dibangun lagi. Kedai kopi ini mengikuti perubahan," katanya.
Enam seniman tersebut merespons secara verbal dan mewujudkan memori dalam bentuk artefak seni. "Ada yang sketsa, audio, video, dan berbentul jurnal," tambahnya.
Ke-6 seniman yang berpartisipasi adalah A.Haris Kartasumitra, Eben Andreas, Rezanov, Kamerad Edmond, Wahyudi Pratama, dan Yuka Dian Narendra. Pameran tersebut digelar dari 28 Februari sampai 16 Maret 2015 di Kedai Kopi Tak Kie, Jakarta Barat.
(tia/mmu)