Namun, galeri pribadi yang dimiliki oleh pasangan Mella Jaarsma dan Nindityo Adipurnomo, dinilai oleh Direktur Ruang Rupa Ade Darmawan, seharusnya kini berani untuk menjadi galeri publik bagi masyarakat.
"Peran Cemeti menjadikannya lembaga yang besar dan menjawab peran-peran yang seharusnya dilakukan oleh akademisi atau pemerintah. Seharusnya sudah ada gagasan untuk menjadikannya galeri publik," ungkapnya saat peluncuran dan diskusi buku 'Turning Targets' di Galeri Nasional Jakarta Pusat, kemarin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ade mencontohkan banyak galeri seni di negara-negara lainnya yang awalnya bermula privat, kini sudah dibiayai oleh pemerintah. Tapi tetap dikelola oleh pihak galeri.
"Pemerintah menganggapnya sudah bagus dan memasyarakat ke publik. Jadi dikasih dana dan dikelola program-programnya sendiri. Sehingga nggak usah kesusahan dana lagi," kata Ade.
Baca Juga: Potterheads! 'Harry Potter' Kini Tersedia Format e-Book
Menanggapi gagasan tersebut, Mella Jaarsma berharap ke depannya Cemeti bisa menambah fungsinya. Serta memulai program pameran dan residensi yang bertambah banyak.
"Sekarang kami punya dana Rp 100 sampai Rp 200 juta-an per tahun. Idealnya kalau seperti galeri komersialisasi yang seperti disebutkan Pak Sakieb sampai Rp 10 miliar-an," paparnya.
Sedangkan Cemeri Art House memiliki program residensi gabungan antar seniman lintas negara dan pameran bagi seniman muda yang berani mengambil risiko. "Kami menerima gagasan-gagasan hasil diskusi di usia kami ke-27 tahun dan akan dibicarakan bersama lagi."
(tia/mmu)