Kantata Takwa: Garapan Orang Nggak Normal

Kantata Takwa: Garapan Orang Nggak Normal

- detikHot
Senin, 01 Sep 2008 10:42 WIB
Jakarta - Film yang dibuat 17 tahun lalu itu akhirnya bisa tampil di layar lebar. Film 'Kantata Takwa' yang penuh makna dan berestetika itu digarap oleh orang-orang yang tidak normal.

"Syutingnya tujuh belas tahun yang lalu. Ketika itu ada sekumpulan orang yang tidak normal yang bergabung dan membuat kesepakatan untuk membuat apa yang namanya film" ucap sang sutradara Erros Djarot saat ditemui di penayangan perdana film 'Kantata Takwa' di Biltz Megaplex, Grand Indonesia, Jakarta beberapa waktu yang lalu.

Untuk menunjukan film ini adalah sebuah penggabungan seni film, musik, panggung dan teater, adegannya pun langsung dibuka dengan aksi WS. Rendra berpuisi. Aktingnya pun sangat teater sekali.
 
Sebagian adegan film multi interpretasi itu beberapa kali menampilkan kekerasan yang dilakukan oleh pasukan bertopeng lengkap dengan senapan mesinnya. Setiap adegan diselingi lagu milik Kantata Takwa dan Iwan Fals. Lagu-lagu milik Iwan Fals seperti 'Bongkar' dan 'Bento' tampil pada film itu. Ketika lagu 'Bento,' adegannya pun menggambarkan lirik lagu tersebut. Bento sosok pengusaha kaya-raya yang kesehariannya mengendarai mobil mewah dan punya banyak selir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Film itu juga menampilkan konser akbar Kantata Takwa yang konon kabarnya mengeluarkan miliaran rupiah. Konser tersebut diadakan di Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta pada tahun 90an ketika sedang berjayanya grup Kantata Takwa.   
Film 'Kantata Takwa' disutradarai oleh Erros Djarot dan Gotot Prakosa. Film itu diramaikan oleh personel Kantata Takwa seperti Ws. Rendra, Iwan Fals, Setiawan Djody, Jockey Suryoprayoga, Clara Shinta, dan Bengkel Teater Rendra.  

Jika kita menontonnya tanpa memikirkan makna di balik setiap adegannya, sama seperti saat kita menonton sebuah kompilasi video klip. Hal itu terjadi karena hampir setiap adegan  diiringi oleh lagu.

Jika mengutip ucapan WS. Rendra, Jumat (29/8/2008) di Blitz Megaplex, Grand Indonesia, Jakarta, film 'Kantata Takwa' intinya menentang kekuasaan tirani pada saat itu. Tidak hanya sebuah film dokumentasi namun sebuah intepretasi yang kreatif.

(eny/eny)

Hide Ads