"Syutingnya tujuh belas tahun yang lalu. Ketika itu ada sekumpulan orang yang tidak normal yang bergabung dan membuat kesepakatan untuk membuat apa yang namanya film" ucap sang sutradara Erros Djarot saat ditemui di penayangan perdana film 'Kantata Takwa' di Biltz Megaplex, Grand Indonesia, Jakarta beberapa waktu yang lalu.
Untuk menunjukan film ini adalah sebuah penggabungan seni film, musik, panggung dan teater, adegannya pun langsung dibuka dengan aksi WS. Rendra berpuisi. Aktingnya pun sangat teater sekali.
Sebagian adegan film multi interpretasi itu beberapa kali menampilkan kekerasan yang dilakukan oleh pasukan bertopeng lengkap dengan senapan mesinnya. Setiap adegan diselingi lagu milik Kantata Takwa dan Iwan Fals. Lagu-lagu milik Iwan Fals seperti 'Bongkar' dan 'Bento' tampil pada film itu. Ketika lagu 'Bento,' adegannya pun menggambarkan lirik lagu tersebut. Bento sosok pengusaha kaya-raya yang kesehariannya mengendarai mobil mewah dan punya banyak selir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Film 'Kantata Takwa' disutradarai oleh Erros Djarot dan Gotot Prakosa. Film itu diramaikan oleh personel Kantata Takwa seperti Ws. Rendra, Iwan Fals, Setiawan Djody, Jockey Suryoprayoga, Clara Shinta, dan Bengkel Teater Rendra.
Jika kita menontonnya tanpa memikirkan makna di balik setiap adegannya, sama seperti saat kita menonton sebuah kompilasi video klip. Hal itu terjadi karena hampir setiap adegan diiringi oleh lagu.
Jika mengutip ucapan WS. Rendra, Jumat (29/8/2008) di Blitz Megaplex, Grand Indonesia, Jakarta, film 'Kantata Takwa' intinya menentang kekuasaan tirani pada saat itu. Tidak hanya sebuah film dokumentasi namun sebuah intepretasi yang kreatif.
(eny/eny)