Review Barbie: Blockbuster Penuh Warna Yang Cerdas

Review Barbie: Blockbuster Penuh Warna Yang Cerdas

Candra Aditya - detikHot
Kamis, 20 Jul 2023 18:02 WIB
Cuplikan adegan di film Barbie (2023).
Cuplikan adegan di film Barbie (2023). Dok. Warner Bros
Jakarta -

Ada banyak faktor kenapa Barbie menjadi salah satu film musim panas yang paling ditunggu tahun ini. Bagi saya nama Greta Gerwig sebagai komandannya berpengaruh besar terhadap film ini.

Dua film yang ia tulis dan sutradarai, Lady Bird dan Little Women, menjadi karya yang lebih dari entertaining. Mereka menembus waktu. Berapa kali pun saya menonton dua film tersebut, saya selalu bahagia.

Faktor lain lagi mungkin adalah rasa penasaran tentang bagaimana pembuat film ini bisa menjadikan Barbie lebih dari sekedar mesin pencetak uang bagi Mattel. Dan yang terakhir, tentu saja kita tidak bisa menghiraukan Oppenheimer yang rilis bersamaan dengan film ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kalau Anda online sedikit saja, frase "Barbenheimer" pasti pernah menyita perhatian Anda. Dengan ekspektasi yang sudah terlanjur tinggi, Barbie ternyata mampu melebihi apapun yang saya dambakan. Barbie bisa jadi adalah sebuah adaptasi dari mainan yang luar biasa terkenal.

Tapi ide yang muncul di layar adalah ide-ide segar, liar dan berbobot. Film ini mengejutkan saya karena ia tidak takut untuk berani bereksperimen. Tidak ada satu pun detik dalam film ini yang membosankan. Gerwig dan partner menulisnya, Noah Baumbach, rupanya terpengaruh oleh motto Barbie yaitu "Barbie bisa menjadi apa saja."

ADVERTISEMENT

Dalam kasus ini, film Barbie ternyata bisa menjadi apapun yang ia mau. Dengan warna merah muda yang khas dan warna-warna pastel yang mencolok mata, Barbie dibuka dengan hari yang sensasional bagi Barbie Stereotipikal (Margot Robbie). Anda pasti tahu lah apa yang dimaksud dengan Barbie Stereotipikal.

Ketika Anda mendengar kata "Barbie" pasti imaji ini yang muncul di kepala Anda: seorang perempuan berbadan ramping berkulit putih dengan rambut pirang yang sempurna dalam segala aspek. Barbie Stereotipikal adalah Barbie ini.

Adegan dalam teaser trailer 2 film Barbie arahan Greta Gerwig.Adegan dalam teaser trailer 2 film Barbie arahan Greta Gerwig. Foto: dok. Warner Bros. Discovery

Bagi kita para penonton hari yang dijalani Barbie Stereotipikal ini pasti akan menjadi hari paling luar biasa dalam hidup kita. Bagi Barbie Stereotipikal, ini adalah hari biasa. Kemarin, hari ini dan besok sama saja. Ia akan bangun dengan nyanyian, senyum manja dari para tetangganya, godaan dari para Ken yang mencoba menarik perhatiannya dan diakhiri dengan pesta dan slumber party yang meriah bersama Barbie lain.

Kemudian tiba-tiba sesuatu yang tidak direncanakan terjadi. Air di shower mendadak menjadi lebih dingin. Waffle yang ia buat menjadi gosong. Kakinya menjadi datar dan yang mengerikan, pikiran tentang kematian muncul di kepalanya. Barbie Stereotipikal akhirnya curhat bersama teman-teman Barbie lainnya dan saat itulah mereka menyarankan dia untuk menemui Barbie Aneh (Kate McKinnon).

Petualangan pun dimulai.

Bahkan dari pembukaannya saja, saya sudah tahu film ini akan memberikan pengalaman yang relijius bagi saya. Siapapun yang mengizinkan Greta Gerwig untuk membuat homage opening 2001: A Space Odyssey layak mendapatkan ciuman di jidat. Nama "Barbie" dan "Kubrick" tidak pernah muncul dalam satu kalimat sebelumnya dan Gerwig melahirkan itu dalam film ini.

Tapi pembukaan itu hanya puncak gunung es dari semua ide gila yang Gerwig tuangkan dalam film ini. Barbie akhirnya berhasil lebih dari sekedar iklan Mattel yang sangat efektif (bahkan bagi penonton yang tidak menyukai boneka Barbie sekali pun, dijamin setelah menonton ini akan tertarik dengan segala perintilan Barbie) karena ia memiliki visi dan misi yang jelas.

Dari pembukaannya dan narasinya (yang disuarakan oleh Helen Mirren), film ini sadar sepenuhnya dia bertugas sebagai apa. Karena itu, Barbie tidak pernah berhenti untuk bereksperimen. Film ini sangat sadar sepenuhnya bahwa dia adalah produk materialistik, seperti halnya si boneka, dan Barbie tidak pernah segan-segan untuk membahasnya sebagai lelucon.

Film ini jelas akan melahirkan berbagai artikel, think pieces bahkan mungkin kontroversi soal pesan yang ia sampaikan. Untuk ukuran sebuah blockbuster yang ditujukan untuk semua orang (bahkan bagi Anda yang tidak suka Barbie sekali pun), materi yang ia bawa sungguh mencolok mata.

Cuplikan adegan Margot Robbie di Barbie.Cuplikan adegan Margot Robbie di Barbie. Foto: Dok. Ist

Gerwig sadar bahwa kehadiran Barbie membuat banyak perempuan menjadi minder karena ekspektasi yang ketinggian. Perempuan dituntut untuk tampil tanpa cacat tapi pada saat yang bersamaan harus melaksanakan tugasnya dengan baik. Kalau ia ibu rumah tangga, ia tidak boleh rewel atau mengeluh.

Kalau ia wanita karir, ia harus bisa menyeimbangkan kehidupan pribadinya dengan pekerjaan. Menjadi perempuan tidak pernah cukup dan itulah yang dibahas dengan tegas di film ini. Keputusan Gerwig dan Baumbach untuk membawa Barbie ke dunia yang sebenarnya dan sebaliknya, manusia nyata ke dunia Barbie, menjadikan film ini kaya baik secara plot maupun secara pesan.

Saya tidak bisa menyangka pembahasan soal patriarki dan feminisme bisa disampaikan dengan begitu lucu. Yang lebih mengejutkan lagi adalah film Barbie yang melakukannya dengan baik. Tentu saja kegemilangan itu tidak akan bisa diraih tanpa penyutradaraan yang baik dan pencapaian teknis yang luar biasa.

Semua departemen teknis dari sinematografi, desain produksi, art design, kostum, make-up, koreografi sampai musik semuanya menyatu padu. Tidak ada satu pun elemen yang seperti hilang arah disini. Dari segi penampilan aktor, semua pemain tahu mereka sedang ada di film macam apa.

Margot Robbie sempurna menjadi Barbie. America Ferrera adalah hati film ini. Dan Ryan Gosling sebagai Ken berhasil mencuri film ini dengan kelakuannya yang nyeleneh. Ada satu momen dimana salah karakternya bermonolog panjang yang bisa jadi thesis utama film ini.

Di momen itu, saya menemukan diri saya tidak hanya tergerak tapi juga tersenyum luar biasa karena mendapatkan kesempatan untuk menyaksikan keindahan ini. Barbie adalah film yang luar biasa menghibur. Tapi jangan kaget kalau tiba-tiba Anda meneteskan air mata saat menyaksikannya. Film ini memang sekuat itu.

Barbie dapat disaksikan di seluruh jaringan bioskop di Indonesia.

Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.




(ass/ass)

Hide Ads