Spider-Man: Across The Spider-Verse: Petualangan Mengesankan nan Megah!

Spider-Man: Across The Spider-Verse: Petualangan Mengesankan nan Megah!

Candra Aditya - detikHot
Minggu, 04 Jun 2023 15:04 WIB
Adegan dalam trailer terbaru Spider-Man: Across the Spider-Verse.
(Foto: dok. Sony Pictures Animation/Columbia) Twist demi twist yang muncul membuat keseluruhan film ini menjadi sangat seru meskipun durasinya lumayan panjang (140 menit).
Jakarta -

Spider-Man: Into The Spider-Verse adalah sebuah pencapaian artistik yang luar biasa. Kalau Anda sudah menonton film yang dirilis lima tahun yang lalu tersebut, Anda pasti akan setuju dengan pernyataan tadi. Into The Spider-Verse tidak hanya berhasil mempersembahkan sesuatu yang fresh meskipun isinya familiar tapi ia berhasil membungkusnya dalam bentuk yang benar-benar baru. Sebelum Into The Spider-Verse rilis, kita belum pernah menyaksikan film panjang dengan bentuk animasi yang seperti ini. Rasanya seperti angin segar; menyaksikan sebuah film yang diadaptasi dari komik dan sensasi menontonnya benar-benar seperti membaca komik. Sekuelnya yang sedang tayang, Spider-Man: Across The Spider-Verse, ternyata tidak hanya bisa mempertahankan kejeniusan film pertamanya tapi juga berani berinovasi dengan lebih gila lagi.

Setelah film pertamanya, Miles Morales (disuarakan oleh Shameik Moore) dan Gwen Stacy (disuarakan oleh Hailee Steinfeld) saling kangen tapi tidak pernah berkomunikasi. Sementara Miles sekarang sudah beranjak dewasa dengan perubahan tubuhnya yang semakin besar, Gwen sekarang juga makin rebel meskipun ia belum berani mengaku ke ayahnya, George Stacy (disuarakan oleh Shea Whigham), kalau dia adalah Spider-Woman.

Miles sendiri, seperti halnya Gwen, juga mempunyai masalah dengan kedua orangtuanya. Menjadi pahlawan sambil mencoba menyeimbangkan hidup sebagai seorang pelajar SMA bukanlah pekerjaan mudah. Apalagi ketika muncul penjahat super baru bernama The Spot (disuarakan oleh Jason Schwartzman) yang merepotkan hidupnya. Jefferson Davis (disuarakan oleh Brian Tyree Henry) dan Rio Morales (disuarakan oleh Luna Lauren Velez) sebagai orangtua Miles, lebih dari apapun ingin anaknya untuk hidup normal, hidup tenang. Tapi tentu saja fakta bahwa Miles adalah seorang Spider-Man tidak diketahui oleh kedua orangtuanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian Gwen Stacy datang menemui Miles. Waktu seolah berhenti; mereka tetap tertarik dengan satu sama lain. Mereka bertukar kabar tanpa berani mengaku perasaan mereka yang sebenarnya ke satu sama lain. Karena itulah Miles memutuskan untuk mengikuti Gwen yang diam-diam menjadi anggota Spider Society. Dan di sinilah petualangan dimulai.

Adegan dalam trailer terbaru Spider-Man: Across the Spider-Verse.Adegan dalam trailer terbaru Spider-Man: Across the Spider-Verse. Foto: dok. Sony Pictures Animation/Columbia

Banyak orang berpendapat bahwa animasi adalah film yang didesain hanya untuk anak-anak. Saya setuju dengan pendapat Guillermo del Toro yang mengatakan bahwa animasi adalah sebuah medium untuk bercerita. Animasi bisa digunakan untuk apa saja. Di tangan yang tepat, animasi bisa menjadi alat bercerita yang luar biasa. Dan Spider-Man: Across The Spider-Verse membuktikan hal tersebut.

ADVERTISEMENT

Menyaksikan film ini di layar lebar adalah satu-satunya cara untuk melihat kegagahan film ini dalam bercerita. Lihat betapa banyaknya usaha yang dilakukan oleh semua orang yang terlibat dalam film ini hanya untuk satu frame saja. Setelah menyaksikan Spider-Man: Across The Spider-Verse sampai selesai, saya merasa bahwa tidak ada cara lain yang lebih efektif untuk menceritakan film ini selain animasi. Semua detailnya luar biasa. Warna-warna cerah menampar wajah saya, membuat saya ikut terpengaruh semangat karakternya yang membara. Transisinya yang liar, pop-up tulisan di layar dan musik yang menggelegar akhirnya membuat film ini menjadi salah satu pengalaman menonton paling seru tahun ini.

Adegan dalam trailer terbaru Spider-Man: Across the Spider-Verse.Adegan dalam trailer terbaru Spider-Man: Across the Spider-Verse. Foto: dok. Sony Pictures Animation/Columbia

Secara plot, Spider-Man: Across The Spider-Verse memang tidak sekuat film pertamanya karena ia mempunyai efek kejut yang lebih. Tapi sebagai sebuah sekuel (dan juga penyambung trilogi karena film ini diakhiri dengan cliffhanger yang mendebarkan), film ini tidak terjerembab ke penyakit banyak sekuel. Film ini mempunyai konflik yang jelas, character development yang apik dan set pieces yang megah. Penulis skrip Phil Lord, Christopher Miller dan David Callaham berhasil menjadikan adegan aksinya bukan hanya sebagai atraksi tapi juga sebagai lahan drama. Twist demi twist yang muncul juga membuat keseluruhan film ini menjadi sangat seru meskipun durasinya lumayan panjang (140 menit).

Dengan sub-judulnya yang ambisius, tentu saja film ini menjanjikan banyak versi Spider-Man dengan dunia-dunia mereka. Sekali lagi, medium animasi dipergunakan dengan sangat tepat guna sehingga setiap dunia yang berbeda satu sama lain. Dunia Gwen yang dibuat impressionist membuat suasananya jauh lebih melodrama dari dunia yang lain. Dunia Spider Society yang futuristic mengingatkan saya akan anime-anime Jepang. Kemudian ada dunia Spider-Man dimana New York terlihat seperti Blade Runner. Influence neo-noir-punk-futuristic membuat Spider-Man terlihat sangat luar biasa keren.

Satu-satunya hal yang membuat Spider-Man: Across The Spider-Verse kurang sempurna adalah kenyataan bahwa ini hanyalah permulaan. Trio sutradara Joaquim Dos Santos, Kemp Powers dan Justin K. Thompson telah berhasil menciptakan babak awal yang sangat menggigit. Dengan konklusi yang sangat membuat penasaran, saya tidak sabar untuk menyaksikan lanjutan petualangan Miles Morales tahun depan.

Spider-Man: Across The Spider-Verse dapat disaksikan di seluruh jaringan bioskop di Indonesia.

---

Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.

(aay/aay)

Hide Ads