Menonton film-film Guy Ritchie selalu memberikan pengalaman sinematik yang menyenangkan. Sutradara yang satu ini paham sekali bagaimana menyajikan aksi yang baik dan intrik yang menggigit. Bahkan dalam film terbarunya, Operation Fortune: Ruse de Guerre, yang bisa dibilang 'biasa saja' (apalagi kalau dibandingkan dengan film-film ia sebelumnya), Ritchie masih bisa memberikan keseruan yang tiada dua.
Di opening-nya yang sama sekali tidak berbasa-basi, pemerintah Inggris memanggil Nathan (Cary Elwes), seorang kontraktor swasta yang sering dipanggil pemerintah untuk melakukan tugas-tugas berbahaya. Kali ini, Nathan dipanggil untuk mengambil sebuah alat yang akan dipakai oleh orang jahat. Anda tidak perlu mementingkan apa fungsi alat ini, karena penulis skripnya (Ivan Atkinson, Marn Davies, dan Guy Ritchie) menggunakan alat ini hanya untuk membuat plotnya bergerak.
Nathan pun langsung mengumpulkan timnya. Langganannya adalah Orson Fortune (Jason Statham) yang lincah, bisa melakukan apa saja dan jarang ngomel. Kekurangannya mungkin adalah daftar riders yang merepotkan (salah satu humor yang menyenangkan). Berikutnya adalah Sarah Fidel (Aubrey Plaza), seorang ahli komputer yang bisa hacking di mana saja, kapan saja dan terlihat meyakinkan untuk bisa ikut Met Gala. Terakhir adalah J.J. (Bugzy Malone), ahli sniper dan kemudi yang menurut Fortune masih hijau, tapi kelak ia akan membuktikan kalau dia sangat berbakat.
Untuk menjalankan misi mereka, orang-orang ini harus menemui Greg Simmonds (Hugh Grant), salah seorang pebisnis yang gandrung sekali dengan bintang Hollywood bernama Danny Francesco (Josh Hartnett). Mereka pun melakukan beberapa ancaman dan persuasi untuk menyeret Francesco menemui Simmonds dan misi dimulai di sini.
Operation Fortune: Ruse de Guerre jelas lebih besar dari dua film Ritchie terakhir (Wrath of Man dan The Gentlemen). Lokasinya lebih banyak dan lebih eksotis. Film ini menampilkan adegan beberapa adegan kejar-kejaran yang seru. Secara plot pun juga lebih massive. Tapi sayangnya, besarnya scope Operation Fortune: Ruse de Guerre tidak setara dengan intrik yang dijanjikan oleh Ritchie. Film ini tidak sememikat atau semenggigit dua film terakhirnya. Tidak ada kejutan yang luar biasa, tidak ada twist yang mengejutkan. Semuanya agak bisa ditebak. Meskipun ini tidak membuat filmnya menjadi buruk, tapi saya agak kecewa bahwa ciri khas Ritchie absen di film ini.
Hilangnya ciri khas Ritchie ini juga akhirnya menampilkan masalah baru. Sebagai sebuah film, Operation Fortune: Ruse de Guerre tidak ada bedanya dengan film-film caper lain macam serial Mission:Impossible atau bahkan seri-seri terakhir serial Fast and Furious. Dengan bujet yang jauh lebih murah dari film-film tersebut, Operation Fortune: Ruse de Guerre akan menjadi lebih dinantikan kalau Ritchie merangkai tusuk menusuk antara karakter di film-filmnya lebih memikat. Plot aktor Hollywood yang ada di film ini juga kurang dieksplor, baik secara drama ataupun komedi. Tanpa ciri khas Ritchie yang kuat, film ini akhirnya menjadi film-film spionase yang biasa saja.
Untungnya, meskipun secara cerita biasa saja, semua pemain Operation Fortune: Ruse de Guerre memberikan penampilan yang cukup. Di tangan orang lain, karakter Fortune akan membosankan tapi Jason Statham cukup mempunyai karisma sehingga ia menjadikan Fortune sebagai pemimpin yang cukupan. Aubrey Plaza kurang sarkas, tapi ia mempunyai chemistry yang baik dengan yang lain. Hugh Grant di sisi lain menikmati sekali menjadi miliuner gila.
Dengan sub-judul Ruse de Guerre di belakangnya, sangat aman untuk berasumsi bahwa pembuat film ini berharap Operation Fortune akan melahirkan sekuel-sekuel berikutnya. Semoga saja Guy Ritchie bisa meramu aksi yang lebih menggigit di seri berikutnya, karena ia mempunyai potensi franchise yang menjanjikan.
Operation Fortune: Ruse de Guerre dapat disaksikan di jaringan XXI.
Simak Video "K-Talk: Eksekusi Ciamik 'Alienoid' yang Gabungkan Sci-fi dan Zaman Goryeo"
[Gambas:Video 20detik]
(mau/mau)