Review Glass Onion: Misteri Yang Luar Biasa

Review Glass Onion: Misteri Yang Luar Biasa

Candra Aditya - detikHot
Sabtu, 24 Des 2022 12:35 WIB
Glass Onion: A Knives Out Mystery
Foto: Glass Onion: A Knives Out Mystery (dok. Netflix)
Jakarta -

Ternyata bukan hanya kritikus dan pecinta film yang sangat menikmati perjalanan detektif Benoit Blanc dalam Knives Out karena penulis dan sutradaranya, Rian Johnson, juga sangat menikmati waktunya bersama detektif nyentrik yang satu itu. Empat tahun setelah Knives Out dirilis (dan berhasil meraup lebih dari 300 juta dollar hanya dari tiket bioskop), kini Benoit Blanc melanjutkan petualangannya lagi dalam Glass Onion yang baru saja muncul secara eksklusif di Netflix.

Mengambil setting di tengah-tengah pandemi, Glass Onion dibuka oleh sekumpulan teman yang mendapatkan kotak teka-teki misterius dari pengusaha super kaya raya Miles Bron (Edward Norton). Teka-teki ini lumayan membingungkan teman-teman Miles yang terdiri dari Claire Debella (Kathryn Hahn) yang merupakan seorang politikus, Lionel Toussaint (Leslie Odom Jr.) yang menjadi tangan kanan Miles di perusahaannya, Duke Cody (Dave Bautista) yang merupakan seorang streamer terkenal dan Birdie Jay (Kate Hudson) yang dulunya pernah menjadi orang yang sangat terkenal. Baik Duke dan Peg masing-masing membawa plus one. Duke dengan pacarnya, Whiskey (Madelyn Cline), sementara Birdie membawa asistennya yang bernama Peg (Jessica Henwick).

Di tengah keriuhan ini juga ada Andi (Janelle Monae), mantan teman dekat mereka yang akhir-akhir ini punya masalah sendiri dengan Miles. Bukan hanya Miles yang kaget ketika sosoknya muncul di pelabuhan. Undangan "pesta" ini kemudian menjadi semakin meriah ketika Benoit Blanc (Daniel Craig) juga muncul untuk ikut mencari tahu siapa yang nanti akan membunuh Miles dalam permainan misterinya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari awal film dimulai, Glass Onion sudah menjadi pengalaman yang sungguh menyenangkan karena ia bergerak dengan lincah seperti sebuah mesin yang dirawat dengan baik. Durasi dua jam lebih sama sekali tidak terasa karena editor Bob Ducsay menjalankan Glass Onion dengan sangat baik sehingga tempo film benar-benar terjaga. Pengenalan karakter dibuat dengan sangat menarik karena di saat yang bersamaan penonton juga diajak langsung untuk menyelami misteri yang sedang dibangun oleh Rian Johnson. Glass Onion menjadi semakin mengagumkan ketika (seperti judulnya) Rian Johnson mulai membuka pelan-pelan layer demi layer ceritanya sehingga kita bisa melihat situasi yang sama dari kacamata yang berbeda.

Keinginan untuk membuat sesuatu yang lebih besar memang tidak bisa dihindari dalam sekuel. Banyak pembuat film mencobanya dan tidak jarang mereka gagal. Berbeda dengan Knives Out yang relatif "sederhana", medan yang dipakai Johnson dalam Glass Onion jauh lebih megah dan besar. Usahanya tidak sia-sia karena film ini terasa jauh lebih menghibur dan lebih liar daripada film pertamanya. Seperti halnya Knives Out, Johnson tahu benar bagaimana menggunakan ensemble character-nya sehingga tidak ada satu pun karakter yang terasa sebagai tempelan. Bahkan karakter yang menjadi sebagai running gag di film ini mempunyai kepentingan yang membuat rasa Glass Onion menjadi lebih ciamik.

ADVERTISEMENT

Bagian paling menyeramkan dari Glass Onion tentu saja adalah melihat bagaimana jelinya mata Rian Johnson mengkritik milyuner seperti Miles Bron. Kalau Anda familiar dengan Twitter dan Elon Musk, menyaksikan Glass Onion seperti dΓ©jΓ  vu yang tak berkesudahan. Social commentary yang juga hadir dalam film pertamanya ini menjadikan petualangan Benoit Blanc menjadi tontonan yang penting. Mereka bukan saja hiburan tapi juga rekaman sosial yang jitu.

Skrip yang sangat rapi ini kemudian diterjemahkan dengan ketelitian yang matang (sinematografi dan musiknya sungguh luar biasa) sehingga hasil akhirnya adalah sebuah film misteri yang akan Anda ingin segera nikmati lagi dan lagi. Tidak ada satu pun pemainnya yang gagal memberikan kesan mendalam. Edward Norton sempurna dalam film ini. Leslie Odom Jr., Kathryn Hahn, Dave Bautista, Madelyn Cline, Jessica Henwick juga mampu membuat film ini jadi meriah. Sementara Kate Hudson mencuri perhatian dengan karakternya yang benar-benar lucu (semua dialognya adalah sumber komedi terbaik), Janelle Monae menjadi supernova yang tidak terelakkan. Begitu sosoknya muncul di layar, Monae tidak pernah gagal menghipnotis saya.

Daniel Craig disisi lain seperti film pertamanya berhasil tampil memikat. Craig tahu bagaimana caranya untuk bergabung dengan aktor-aktor lainnya. Ia tidak ingin untuk tampil paling mencolok, ia tahu momen. Ekspresinya yang elastis menjadi senjatanya ketika Glass Onion mengajak penonton untuk "jalan-jalan".

Satu-satunya kekurangan Glass Onion adalah kenyataan bahwa saya tidak menyaksikannya di bioskop bersama penonton lain. Film ini didesain untuk membuat penonton merasakan pengalaman komunal yang tidak terlupakan. Tapi poin plus film ini tayang di Netflix adalah saya bisa menontonnya berulang-ulang setiap kali saya rindu dengan aksi Benoit Blanc. Dan saya yakin, Anda juga akan mengalami sensasi yang sama.

Glass Onion dapat disaksikan di Netflix.

Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.




(dal/dal)

Hide Ads