Disutradarai oleh duo sutradara yang memberikan kita Avengers: Infinity War dan tentu saja Avengers: Endgame, The Gray Man adalah film yang diharapkan Netflix akan menjadi besar dan mudah-mudahan menjadi konten yang tiada dua seperti Squid Game atau bahkan Stranger Things. Di atas kertas resepnya Netflix sudah benar. Selain Russo Brothers, Netflix mengajak aktor-aktor top untuk mengisi layarnya. Ryan Gosling, Chris Evans, Ana de Armas bahkan Rege-Jean Page yang ngehits lewat Bridgerton menjadi bintang utamanya. Tambahkan lokasi-lokasi eksotis dan ledakan setiap lima menit sekali, maka Anda akan menemukan The Gray Man. Sayangnya hasil akhirnya tidak semenarik yang Netflix janjikan.
Dibuka dengan adegan "transaksi" di penjara, kita bertemu dengan Court Gentry (Ryan Gosling) yang mendapatkan tawaran untuk bergabung dengan CIA sebagai ganti udara bebas. "Kenapa saya?" tanya Court Gentry yang kelak mempunyai kode "Six" ketika tawaran ini diajukan kepadanya dan si perekrut, Donald Fitzroy (Billy Bob Thornton) mengatakan bahwa Six memiliki modal untuk menjadi aset CIA. Tidak butuh waktu yang lama bagi Six untuk menyetujui tawaran ini.
Beberapa belas tahun kemudian, kita melihat Six yang sudah aktif menjadi kaki tangan CIA. Tugasnya kali ini adalah menghabisi seorang informan yang mau menjual rahasia negara ke orang yang berbahaya. Dan karena ini film action mahal, maka adegannya bertempat di sebuah hotel mahal di Thailand, lengkap dengan ratusan extras yang memakai baju gemerlapan dan berteriak penuh suka cita merayakan pergantian tahun. Dani Miranda (Ana de Armas) bertugas untuk menemani Six melaksanakan tugasnya.
Anda tahu kemana film ini berjalan. Six gagal melaksanakan tugasnya seperti yang diminta oleh CIA, dia mendapatkan informasi bahwa dia kelak akan menjadi orang yang dikejar atasannya dan sekarang Six memulai awal hidupnya sebagai "pengkhianat". Perjalanan Six melarikan diri semakin menjadi pelik ketika agen lain yang terkenal gawat, Llyod (Chris Evans), terobsesi untuk menangkapnya.
![]() |
Menonton The Gray Man rasanya seperti menonton fan fiction Bourne. Tidak hanya garis besar ceritanya mirip, tapi juga film ini terasa seperti film anak-anak dibandingkan franchise yang dimainkan oleh Matt Damon tersebut. The Gray Man bisa jadi lebih mahal, dengan lebih banyak lokasi dan bintang terkenal tapi film ini tidak bisa membuat adegan kucing-kucingannya menjadi menegangkan.
The Gray Man mungkin tidak akan mendapatkan respons sekeras ini kalau saja Netflix tidak gembar gembor pamer bujetnya yang mahal. Masalah yang sama juga terjadi dengan produk mahal Netflix lainnya, Red Notice, yang dirilis tahun lalu. Uang 200 juta dollar seperti tidak kelihatan hasilnya di layar. Visualnya kelihatan tidak mahal dan kalau kita membahas soal adegan aksi, Russo Brothers sama sekali tidak berminat untuk memberikan sesuatu yang baru atau menarik. Bandingkan dengan RRR dan Anda akan mengerti yang saya maksud.
![]() |
Yang mengherankan dari The Gray Man ini sebenarnya kita tahu bahwa Russo Brothers pernah membuat Captain America:The Winter Soldier yang berhasil membuat teka teki yang agak kompleks. Di film tersebut, Russo Brothers berhasil mempersembahkan intrik politik dan konspirasi yang menggigit meskipun bungkusannya superhero. Sayang sekali sensasi itu tidak ditemukan padahal itu adalah bumbu utama film sejenis The Gray Man.
Secara penampilan Ryan Gosling cukup meyakinkan meskipun ini bukan karya terbaiknya. Kalau Anda menonton Drive atau bahkan Blade Runner 2049, Anda pasti tahu bahwa Gosling bisa tampil lebih mempesona. Chris Evans disini seperti miscast, harus tampil sebagai penjahat yang teatrikal. Tidak seperti di Knives Out yang menggunakan aura tengilnya dengan sempurna, disini Chris Evans seperti sedang main-main saja.
Ana de Armas disisi lain sekali lagi membuktikan bahwa dia perlu film action solo. Penampilannya yang singkat di No Time To Die dan disini membuktikan bahwa aktris yang satu ini punya lebih dari sekedar kemampuan akting yang baik. Ana de Armas punya kharisma dan screen presence yang luar biasa. Dia selalu bisa mencuri adegan dan The Gray Man juga bukan pengecualian.
Sebagai sebuah tontonan tanpa mikir, The Gray Man adalah film yang sempurna. Anda tidak perlu konsentrasi untuk menyaksikan kisahnya. Tapi kalau Anda mengharapkan sesuatu yang spektakuler mengingat nama-nama di belakang layar (sekaligus uang yang dihabiskan
The Gray Man dapat disaksikan di Netflix.
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
Simak Video "Netflix Indonesia Turun Harga!"
[Gambas:Video 20detik]
(tia/tia)