All Of Us Are Dead: Ada Zombie Di Sekolah!

All Of Us Are Dead: Ada Zombie Di Sekolah!

Candra Aditya - detikHot
Selasa, 01 Feb 2022 21:02 WIB
All of Us Are Dead
All of Us Are Dead Foto: (dok. Instagram @netflixkr)
Jakarta -

Bagi penonton Indonesia yang sudah biasa menikmati produk Korea Selatan (baik dari musik, film atau drama Korea), kita semua tahu bahwa negara yang satu itu sudah tidak usah diragukan lagi kualitasnya saat menciptakan sesuatu. Sebelum Parasite dicintai oleh penonton seluruh dunia dan mendapatkan Oscar, kita sudah tahu bahwa Bong Joon-ho bukanlah sutradara sembarangan.

Sebelum Squid Game mendunia, penonton Netflix sudah tahu bahwa program original seperti Kingdom adalah masterpiece yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Khusus untuk judul Squid Game yang satu ini masuk ke level puncak yang bahkan orang yang tidak langganan Netflix tahu apa itu Squid Game. Dan berkat judul itu, setiap kali Netflix merilis konten original dari Korea Selatan semua orang langsung bertanya, "Apakah ini akan menjadi the next Squid Game?"

All Of Us Are Dead dari premisnya sudah eye catching. Dia jauh lebih mudah dijelaskan daripada The Silent Sea yang kemarin meskipun mempesona dari segi teknis tapi agak lambat. Kita sudah pernah menyaksikan tontonan yang berbau zombie. Tapi bagaimana jika anak SMA yang sekarang harus berhadapan dengan zombie?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Disutradarai oleh Lee Jae-kyoo dan Kim Nam-su dan ditulis oleh Chun Sung-il dari webtoon berjudul Now At Our School karya Joo Dong-geun, All Of Us Are Dead dibuka dengan adegan bullying yang lumayan grafis, ini bisa triggering. Opening ini bukan sekedar shock value agar penonton terkejut dengan apa yang terjadi. Ini adalah konteks yang penting tentang apa yang akan disampaikan pembuatnya soal serial ini.

Setelah pembukaan yang diikuti dengan aksi yang sangat mengejutkan oleh Lee Byeong-chan (Kim Byung-chul), seorang guru science sekaligus seorang ayah yang melakukan kesalahan besar, kita diajak untuk melihat sebuah kehidupan anak SMA yang menyenangkan. Lengkap dengan warna-warna yang mencolok mata dan enak dilihat. Sejauh ini semuanya aman sentosa meskipun di gedung kosong kita diajak untuk, sekali lagi, menyaksikan aksi bullying yang sungguh mengerikan.

ADVERTISEMENT

Kemudian salah satu siswa digigit oleh tikus. Byeong-chan yang melihat ini malah menculik si gadis karena dia tahu ini adalah sumber malapetaka. Tapi semuanya terjadi dengan cepat. Si gadis kabur dan akhirnya berhasil menggigit petugas kesehatan di sekolah. Tinggal menunggu waktu sebelum semua orang berubah menjadi zombie. Kini beberapa siswa harus mencari cara untuk bertahan hidup.

Bahkan dengan durasi yang panjang (rata-rata satu jam-an untuk setiap episodenya) dan jumlah episode yang tidak sedikit (12 episode), All Of Us Are Dead sama sekali tidak kendor. Setiap episodenya penuh dengan emosi. Setiap episodenya akan membuat Anda makin peduli dengan karakter-karakternya. Dan tidak jarang, Anda mungkin akan menangis seperti yang saya lakukan di beberapa episode.

Salah satu aspek terkuat dalam All Of Us Are Dead adalah bagaimana pembuatnya menggambarkan karakter-karakternya. Anak-anak SMA ini meskipun seperti anak SMA kebanyakan yang ceroboh dan kadang menyebalkan, memiliki kepribadian yang sangat menarik sehingga sangat mudah bagi saya untuk mendukung karakter-karakternya untuk tetap selamat.

Meskipun Netflix sudah merilis Kingdom yang juga sama-sama berbau zombie tapi kedua serial ini sangat berbeda satu sama lain. Jika Kingdom membumbui serangan zombie dengan intrik politik, All Of Us Are Dead seperti layaknya cerita-cerita remaja lainnya dibumbui dengan kisah cinta dan terutama tentang persahabatan. Kisah cinta monyet antara Nam On-Jo (Park Ji-hoo) dengan Lee Cheong-san (Yoon Chan-young) serta Choi Nam-ra (Cho Yi-hyun) dengan Lee Su-hyeok (Park Solomon) adalah salah satu aspek yang membuat All Of Us Are Dead menjadi sangat menggemaskan untuk diikuti. Tarik menarik antara karakter-karakternya membuat hubungan mereka menjadi lebih kaya. Sementara itu kisah pertemanan satu geng ini akan membuat Anda terharu sekaligus marah karena tentu saja tidak semua karakter akan selamat.

Tentu saja karena All Of Us Are Dead adalah produk dari Korea Selatan, serial ini lebih dari sekedar zombie di sekolah. Statement pembuatnya mengenai bullying, cycle of abuse, respons pihak berwenang yang adem ayem dan ketimpangan kelas sosial terasa jelas di setiap episodenya. Setelah beberapa episode All Of Us Are Dead, Anda akan mengerti kenapa pembuatnya membuka serial ini dengan sebuah adegan yang menyakitkan di rooftop.

Secara teknis apa yang sudah dicapai oleh All Of Us Are Dead tidak kalah dengan Train To Busan atau Kingdom. Set design-nya sangat mewah dan meyakinkan. Visualnya sangat menyenangkan untuk dilihat dan lebih dari cukup untuk membantu saya ikutan deg-degan sepanjang film. Camera movement-nya layak mendapatkan hadiah. Dari 12 episode yang ada, tidak ada satu pun episode yang letoy. Semuanya benar-benar spektakuler.

Dengan ending yang masih membuka banyak peluang untuk dieksplor lebih lanjut, All Of Us Are Dead adalah produksi Netflix yang bisa jadi akan menyaingi kepopuleran Squid Game. Tidak hanya ia sangat menghibur, mengaduk-aduk emosi dan dibuat dengan sangat apik tapi ia juga mempunyai sesuatu yang ingin ia sampaikan. Ia bukan sekedar entertainment kosong tanpa isi. Dan saya tidak sabar untuk menunggu berita baiknya.

All Of Us Are Dead dapat disaksikan di Netflix.

Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.

(dar/dar)

Hide Ads