Review No Time To Die: Wajib Nonton di Bioskop!

Candra Aditya - detikHot
Sabtu, 02 Okt 2021 11:27 WIB
Sangat direkomendasikan menonton No Time To Die di bioskop. Ini adalah sajian yang harus disaksikan di layar besar dengan tata suara yang mumpuni! Foto: Nicola Dove DANJAQ, LLC AND MGM. ALL RIGHTS RESERVED.
Jakarta -

Ketika Spectre dirilis, Daniel Craig yang telah berhasil merevitalisasi karakter James Bond yang jadul menjadi kekinian, berkata bahwa film tersebut adalah film terakhirnya. Daniel Craig bahkan sampai membuat lelucon soal memotong nadinya kalau dia main jadi James Bond lagi. Entah apa yang membuatnya berubah pikiran untuk memainkan James Bond sekali lagi dalam No Time To Die.

Spoiler Alert!

Mungkin karena respon Spectre sangat jelek sehingga dia ingin meninggalkan karakter ini dengan lebih baik? Atau mungkin rayuan dollar yang lebih banyak?Apapun itu, kita semua harus bersyukur Daniel Craig memerankan James Bond sekali lagi karena No Time To Die adalah salah satu entry James Bond yang baik.

Dengan durasi 163 menit (hampir tiga jam!), No Time To Die dimulai dengan sebuah gambaran James Bond yang aneh. Aneh karena potret ini adalah potret normal seorang manusia kebanyakan: seorang lelaki yang jatuh cinta dan menikmati waktu bersama.

James BondB25_41223_RC2Ana de Armas stars as Paloma inNO TIME TO DIE, an EON Productions and Metro-Goldwyn-Mayer Studios filmCredit: Nicola Dove© 2021 DANJAQ, LLC AND MGM. ALL RIGHTS RESERVED. Foto: Nicola Dove DANJAQ, LLC AND MGM. ALL RIGHTS RESERVED.



Bond bersama Madeleine (Lea Seydoux) menikmati waktu mereka berdua setelah kejadian Spectre dan kini mereka berjanji untuk selalu bersama. Tapi bisakah cowok yang pekerjaannya mengharuskan selalu curigaan dengan orang punya hidup normal? Tentu saja tidak. "Bulan madu" James Bond dan Madeleine langsung buyar begitu ada sekelompok orang yang berniat untuk menghabisi mereka berdua.

Dari opening yang sangat dahsyat ini kita kemudian dibawa ke lima tahun kemudian. James Bond ternyata pensiun dan menikmati kesendiriannya dengan hidup tenang di Jamaika. Hidup James Bond terlihat sangat menenangkan karena tidak hanya dia tinggal di sebuah rumah yang sangat indah (kamar mandinya sungguh bikin ngiler) tapi juga karena tidak ada lagi bayang-bayang Madeleine yang menyakiti hatinya.

Tapi tentu saja kita semua tahu ketenangan ini tak berjalan lama. Laboratorium rahasia yang diawasi oleh MI6 dibom dan ada beberapa barang krusial hilang. Sekarang misi Bond adalah mencari si ilmuwan yang hilang.

Drama pembuatan No Time To Die tidak terbatas pada komentar Daniel Craig pasca Spectre. Film ini tadinya ditangani oleh Danny Boyle sebelum akhirnya sutradara Cary Joji Fukunaga masuk. Untuk mengantarkan Daniel Craig ke garis finish dengan anggun, pembuat film ini merekrut empat orang (Neal Purvis, Robert Wade, Cary Joji Fukunaga dan si brilian Phoebe Waller-Bridge) untuk penulis skripnya.

B25_17840_RCRalph Fiennes stars as M and Daniel Craig as James Bond in NO TIME TO DIE, an EON Productions and Metro-Goldwyn-Mayer Studios filmCredit: Nicola Dove© 2021 DANJAQ, LLC AND MGM. ALL RIGHTS RESERVED. Foto: Nicola Dove DANJAQ, LLC AND MGM. ALL RIGHTS RESERVED.

Dan ketika filmnya sudah jadi dan siap tayang, pandemi menghantam. No Time To Die berganti-ganti tanggal rilis sampai akhirnya hari ini dia bisa ditonton di seluruh bioskop di Indonesia. Sebagai sebuah blockbuster yang sangat mahal (menurut wikipedia kisaran budget untuk filmnya berkisar antara 250 juta sampai 300 juta dollar, belum termasuk untuk promo dan marketing), No Time To Die menggunakan semua dollarnya dengan sangat efektif karena ketika Anda menyaksikan film ini Anda akan melihat semua itu di layar.

Setiap frame No Time To Die terlihat sangat mewah, kaya dan megah. No Time To Die seolah-olah berteriak bahwa film seperti ini memang harus disaksikan di layar lebar karena menontonnya di TV atau di komputer akan sia-sia. Karena ini adalah James Bond, salah satu daya tariknya tentu adegan-adegan aksinya yang spektakuler.

No Time To Die memberikan banyak sekali adegan gila-gilaan yang tentunya sangat layak untuk Anda menontonnya di bioskop. Openingnya Italia sungguh mempesona. Kamera Linus Sandgren merekam semua adegan tanpa kedip. Gerakan kamera beserta komposisi gambarnya diatur dengan sempurna sehingga adegan "sesederhana" tembak-tembakan terlihat begitu anggun seperti tarian balet. Dan ini saya belum membahas adegan Bond di Kuba dan kejar-kejaran di Norwegia.

B25_17840_RCRalph Fiennes stars as M and Daniel Craig as James Bond in NO TIME TO DIE, an EON Productions and Metro-Goldwyn-Mayer Studios filmCredit: Nicola Dove© 2021 DANJAQ, LLC AND MGM. ALL RIGHTS RESERVED. Foto: Nicola Dove DANJAQ, LLC AND MGM. ALL RIGHTS RESERVED.

Secara cerita, No Time To Die memang terlalu dipenuhi banyak hal. Bagian paling tidak menarik justru di bagian penjahatnya. Motivasi penjahatnya (Lyutsifer Safin, diperankan oleh pemenang Oscar Rami Malek) tidak penting. Meskipun cara dia untuk "menghukum" orang-orang lumayan menarik tapi secara keseluruhan bagian ini paling tidak mengesankan. Yang paling menyenangkan justru adalah ketika James Bond bertemu dengan orang-orang baru dan juga menghadapi situasi yang baru.

Ada dua karakter baru yang James Bond temui di film ini dan dua-duanya sangat menarik. Yang pertama adalah Nomi (Lashana Lynch), seorang agen 00 baru yang tidak hanya mempunyai kemampuan yang sama spektakulernya tapi juga punya attitude keras kepala yang sama. Dan yang kedua (dan yang paling mencuri perhatian) adalah Paloma (Ana de Armas), seorang agen CIA baru yang menggemaskan.

Mereka berdua langsung mencuri perhatian. Dan dalam kasus Paloma, langsung membuat saya jatuh cinta. Perhatikan kolaborasinya dengan Bond di Kuba dan Anda akan merasakan hal yang sama.

No Time to Die Foto: (dok.imdb.)


Hal berikutnya yang membuat No Time To Die sangat asyik adalah skenario "bagaimana jika James Bond punya kehidupan normal". Topik ini ternyata menjadi sebuah tema yang penting karena ada kejutan di pertengahan film yang membuat James Bond (sekaligus penonton) langsung berada di posisi yang asing. Ini adalah situasi yang Bond tidak pernah alami. Dengan ending yang lumayan sempurna untuk mengantarkan akhir aksi Daniel Craig, opening No Time To Die menjadi make sense.

Dalam permainan akhirnya sebagai James Bond, Daniel Craig tidak pernah tampil lebih badass, lebih emosional dan... lebih seksi. Kalau kamera film-film James Bond biasanya sangat male gaze, dalam No Time To Die memutar keadaan itu. Kameranya jauh lebih genit terhadap Daniel Craig dan ini adalah sebuah improvement. Tapi totalitas Daniel Craig tidak terbatas pada aksi laganya yang oke tapi juga cara dia membawakan adegan dramatis. No Time To Die tidak akan berhasil kalau Daniel Craig tidak emosional.

Kalau Anda hanya bisa menonton ke bioskop sekali dalam sebulan, saya sangat merekomendasikan menonton No Time To Die di bioskop. Ini adalah blockbuster yang harus Anda saksikan di layar besar. Layar besar dan tata suara yang mumpuni adalah satu-satunya cara untuk melihat aksi Daniel Craig yang
terakhir kalinya sebagai James Bond. Dan percayalah, Anda tidak akan menyesal.




(aay/aay)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork