Diadaptasi dari novel Jenny Han, To All The Boys I've Loved Before menjadi rilisan Netflix yang mengejutkan. Film cinta remaja ini tidak hanya langsung menjadi instant classic yang akan tetap enak ditonton sampai bertahun-tahun kemudian tapi juga mengenalkan penonton terhadap obsesi baru: Noah Centineo.
Centineo yang sebelum film ini kurang begitu dikenal khalayak dalam semalam langsung menjadi idola baru. Followers sosial medianya naik drastis dan akhir-akhir ini dia menjadi langganan Netflix untuk film-film sejenis.
Tentu saja dengan kesuksesan film pertamanya Netflix langsung menggunakan kesempatan ini untuk tancap gas memproduksi lanjutannya. Beruntung sekali Jenny Han menulis dua buku lanjutan kisah cinta Lara Jean (Lana Condor) dan Peter (Noah Centineo). Dua film lanjutannya disutradarai oleh sinematografer film pertamanya, Michael Fimognari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Setelah menyaksikan potensi cinta segitiga di film keduanya To All The Boys: PS I Still Love You yang dirilis tahun lalu, Valentine kali ini Netflix mengajak penonton untuk menyaksikan kisah penutup mereka.
Film dibuka dengan masa-masa liburan Lara Jean di Seoul. Bersama keluarganya Lara Jean mengunjungi berbagai tempat di Seoul sambil terus-terusan mengagumi keindahan kota tersebut. Malam harinya dia video call-an dengan Peter dan membayangkan tentang masa depan mereka.
Sekarang mereka sudah di penghujung SMA. Sebentar lagi kuliah. Peter ingin Lara Jean kuliah di tempatnya, Stanford. Lara menyetujui ini. Tapi dia galau. Bagaimana kalau dia tidak diterima Stanford? Long distance ketika liburan saja bikin pusing apalagi long distance beneran?
Karena ini sebuah film romantic comedy tentu saja halangan langsung muncul untuk menguji cinta Lara Jean dan Peter. Beritanya masuk: Lara Jean tidak diterima di Stanford. Tapi dia diterima di kampus dekat Stanford. Dan Peter sepertinya tetap senang-senang saja dengan prospek ini. Lara Jean bisa transfer setelah tahun pertama kuliah. Lara Jean tersenyum dan memegang tangan pacarnya. Ini adalah takdir.
Tapi kemudian Lara Jean bersama teman-teman satu sekolahnya study tour ke New York. Lara Jean yang iseng daftar ke New York University langsung terkesima dengan New York yang seperti memanggilnya. Dan yang membuatnya makin merasa bersalah adalah dia ternyata ingin sekali melanjutkan kuliahnya di sini. Apakah cinta mereka tetap bertahan jika jarak memisahkan mereka?
Satu hal yang pasti dari To All The Boys: Always and Forever adalah kenyataan bahwa film ini sebuah improvement dari film keduanya yang agak membosankan. Setelah film pertamanya yang muncul sebagai kejutan tak terduga, PS I Still Love You tampil loyo dan tidak bertenaga. Meskipun plot cinta segitiganya menarik tapi ia tidak menawarkan sesuatu yang membuat saya merasakan gemas-gemas cinta seperti yang saya rasakan ketika menonton film pertamanya.
![]() |
To All The Boys: Always and Forever memang tidak bisa menandingi film pertamanya. Film ini juga tidak memiliki kejutan yang benar-benar original. Tapi yang ada dalam film ini terasa sangat relatable. Bagi semua orang yang pernah mengalami long distance relationship, kegalauan terhadap masa depan dan momen-momen bittersweet lulusan SMA pasti bisa merasakan apa yang Lara Jean rasakan di film ini.
Katie Lovejoy yang mengambil alih sebagai penulis skrip film ini membawa tema yang agak lebih dewasa dari film sebelumnya. Jika dua film sebelumnya full tentang cinta remaja, kali ini baik Lara Jean dan Peter dihadapkan oleh hal-hal yang berbau urusan orang dewasa: move on. Sementara Lara Jean harus berpisah dengan keluarganya yang selalu harmoni dan kompak, Peter harus menghadapi bapaknya yang muncul kembali setelah lama absen.
Kontras diantara keduanya ini menjadikan To All The Boys: Always and Forever agak sedikit lebih punya bobot. Menjadikan momen pengantaran Lara Jean dan Peter ke gerbang kedewasaan terasa dramatis.
Sebagai sutradara Fimognari juga menunjukkan improvement dibandingkan film pertamanya. Adegan-adegannya jauh lebih luwes. Momen lucunya jauh lebih terasa. Situasi-situasi menggemaskan yang wajib ada di film sejenis juga diramu dengan apik.
Ketika Fimognari pamer lokasi baru dengan mengajak penonton ke New York juga membuat film ini jauh lebih grande. Dalam film ini Fimognari juga memberi remah-remah adegan kecil yang menghangatkan hati. Adegan Lara Jean bersama teman-temannya menggotong sofa ke subway adalah salah satu contohnya.
![]() |
Lana Condor dan Noah Centineo mungkin akan terus berkembang dan memerankan karakter-karakter baru. Tapi mereka akan tetap selalu dikenang sebagai Lara Jean dan Peter karena mereka berhasil memainkan karakter-karakter ini dengan effortless. Jika Anda sudah menonton dua film sebelumnya, To All The Boys: Always and Forever adalah sebuah entry yang wajib untuk disaksikan.
To All The Boys: Always and Forever dapat disaksikan di Netflix
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
(doc/doc)