Dalam sebuah misi menyelamatkan ribuan orang dari teroris di Kyiv Opera House Ukraine, agen tak bernama yang menjadi tokoh utama film ini (John David Washington) menyaksikan sesuatu yang aneh. Sebuah peluru yang berjalan mundur. Setelah berhasil mendapatkan artifak yang juga menjadi misi utama, si laki-laki kemudian disekap sebelum akhirnya dia menelan sianida sebagai bukti bahwa dia adalah agen yang tidak bocor. Ternyata ini adalah sebuah tes untuk misi yang akan dia lakukan berikutnya.
Laki-laki ini bergabung ke dalam sebuah organisasi rahasia bernama Tenet. Nama organisasi aneh tersebut bukanlah hal yang paling misterius. Seorang ilmuwan menunjukkan peluru yang berjalan mundur atau inverted. Ia mengatakan bahwa ada orang di masa depan yang menciptakan ini. Seberapa bahaya teknologi ini? Cukup bahaya karena nasib dunia sekarang ada di tangan laki-laki ini. Dia harus mencegah semua ini terjadi sebelum semua yang ia tahu lenyap. Bersama dengan Neil (Robert Pattinson), laki-laki ini mencoba menyelesaikan teka-teki rumit ini sambil mencari tahu bagaimana cara berjalan ke masa lalu.
Tenet bukanlah film pertama Christopher Nolan yang bermain-main dengan waktu. Malahan Tenet semakin mengukuhkan Nolan sebagai pembuat film yang terobsesi dengan waktu. Ia senang bereksperimen dengan time and space. Mengingat Nolan adalah sutradara yang melejit melalui sebuah film yang menceritakan tentang karakter dengan memori terbatas dan mempersembahkan film tersebut dengan cara mundur melalui Memento, Tenet sungguh sebuah kendaraan yang sepertinya memang tidak bisa dibuat oleh sineas lain selain dirinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan ada banyak momen dalam Tenet yang membuat Anda teringat dengan blockbuster Nolan satu dekade lalu yang berjudul Inception. Tapi berbeda dengan Inception yang walaupun lumayan rumit tapi bisa dengan mudah dipahami, Tenet akan membuat Anda garuk-garuk pegangan kursi bioskop untuk mencoba mencari logic yang ada di dalamnya. Nolan biasanya tetap bisa mempersembahkan sebuah ide yang kompleks dengan sesuatu yang bisa penonton pegang. Dalam Inception kita bisa menerima konsep bahwa dalam mimpi waktu berjalan lebih lambat. Jadi ketika penonton dijejeli dengan petualangan mimpi dalam mimpi dalam mimpi, ada logika yang sudah kita pahami sehingga menyaksikannya bukan sesuatu yang susah. Tenet akan membuat Anda berharap Anda dilahirkan jenius.
Seperti halnya Inception yang mempersembahkan kisah rumah tangga antara Cobb (Leonardo DiCaprio) dan Mal (Marion Cotillard) sebagai landasan emosi untuk membuat blockbuster tersebut mempunyai hati, Nolan mengenalkan penonton kepada Kat (Elizabeth Debicki) yang menjadi nahkoda emosi dalam Tenet. Hal ini akhirnya menjadi bumerang tersendiri karena Kat dengan semua drama yang ia rasakan sepanjang film yang ada hubungannya dengan penjahat utama film ini yaitu suaminya Andrei Sator (Kenneth Branagh), jauh lebih asyik diikuti dari apapun yang dilakukan oleh The Protagonist.
Dibandingkan dengan film-film Nolan yang lain, Tenet mungkin adalah karyanya yang paling dingin. Dan ini keluar dari sutradara yang memang hampir tidak pernah membuat film yang menghangatkan (mungkin Interstellar adalah karyanya yang paling punya hati tapi itu pun ketutupan dengan jargon ilmiah yang berceceran dimana-mana). Drama yang ada dalam film ini hanya berputar tentang Kat dan anaknya. Karakter utamanya sendiri, The Protagonist, tidak memiliki perjalanan emosi yang memuaskan. Semua ia lakukan demi melindungi Kat, entah apapun motifnya. Jadinya adalah sebuah misi yang sangat kering, dingin dan tanpa emosi.
Tapi dinginnya Tenet hanya puncak gunung es dari semua hal yang mungkin akan membuat Anda kebingungan sepanjang film. Nolan berkali-kali mencoba menjelaskan tentang logika yang ia rangkai dalam film ini. Tapi tidak seperti Inception yang penjelasannya justru membuat penonton tercerahkan (seperti adegan ketika Leonardo diCaprio mengenalkan konsep arsitek mimpi ke karakter yang diperankan oleh Elliott Page), dalam Tenet justru penjelasannya semakin membuat saya kebingungan. Dan lebih parahnya lagi ketika saya belum sepenuhnya paham dengan apa yang terjadi, Nolan menambahkan lagi logika logika lain lagi yang membuat saya semakin merasa bodoh saat menyaksikannya.
Untungnya Tenet dengan semua keribetan yang ada dibungkus dalam sebuah action thriller blockbuster yang hanya bisa dibuat dengan craft filmmaking mumpuni dan uang ratusan juta dollar dari Warner Bros. Sebingung-bingungnya Tenet, tidak ada satu pun momen yang membosankan. Bahkan dari opening sequence-nya yang megah, saya tahu bahwa Tenet akan memberikan pengalaman menonton yang berbeda. Dan benar saja, menyaksikan Robert Pattinson dan John David Washington saling kejar-kejaran dengan penjahat dengan beberapa mobil yang berjalan mundur ternyata menjadi salah satu keasyikan tersendiri.
Visual Hoyte van Hoytema terlihat megah di Tenet. Syuting di berbagai lokasi di dunia, Tenet memberikan banyak landscape yang asyik dilihat dan set pieces yang menggetarkan. Salah satu hal yang patut dipuji dari Nolan adalah hobinya menciptakan spektakel yang nyata. Menyaksikannya menabrakkan pesawat beneran ke hanggar demi sebuah genjotan adrenalin adalah sebuah kepuasan tersendiri. Hans Zimmer yang biasanya mengiringi film Nolan dengan musiknya kali ini digantikan oleh Ludwig Goransson yang sama sekali tidak mengecewakan. Lebih dari itu, tanpa musik Tenet mungkin tidak akan menjadi semenegangkan ini. Goransson dengan luar biasanya bisa menciptakan musik yang sangat pantas untuk sebuah blockbuster yang bermain-main dengan waktu. Musik yang ia ciptakan tidak hanya cocok dengan dunia yang direkam oleh Nolan tapi juga benar-benar mendukung semua emosi yang dibutuhkan film ini.
John David Washington bermain lumayan apik meskipun karakternya seperti kanvas kosong. Pattinson membuktikan bahwa dia lebih dari sekedar Edward Cullen. Tapi yang paling mencolok di Tenet memang Elizabeth Debicki yang berhasil mengisi kemaskulinan Tenet dengan kerapuhannya yang benar-benar dibutuhkan oleh film ini. Tanpa kehadirannya, Tenet mungkin hanya akan menjadi gempuran macho tanpa arti. Disaksikan di layar terbesar yang bisa Anda temukan, Tenet mungkin tidak akan membuat Anda lebih cerdas tapi setidaknya ia memberikan pengalaman sinematis yang tidak terlupakan.
Tenet dapat disaksikan di seluruh jaringan bioskop
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
(wes/wes)