The Babysitter: Killer Queen, Dua Kali Lari dari Kejaran Sekte Setan

The Babysitter: Killer Queen, Dua Kali Lari dari Kejaran Sekte Setan

Candra Aditya - detikHot
Selasa, 15 Sep 2020 17:06 WIB
The Babysitter: Killer Queen
Foto: (dok.imdb.)
Jakarta -

Butuh tontonan yang ringan karena kembali stres lantaran PSBB kembali diterapkan? Bisa jadi yang satu ini menjadi salah satu obat untuk membuat mood Anda cerah ceria.

Judulnya adalah The Babysitter: Killer Queen, sekuel dari The Babysitter yang dirilis tiga tahun lalu. Jika Anda sudah menonton film pertamanya, sekuelnya mungkin sudah pasti Anda tunggu-tunggu.

Premis The Babysitter sebenarnya sangat sederhana. Cole (Judah Lewis) adalah bocah normal yang menyaksikan bahwa ternyata babysitter yang disewa oleh orang tuanya, Bee (Samara Weaving), adalah seorang pemuja setan yang berniat untuk menjadikannya tumbal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bee tidak sendiri. Dia punya segerombolan anak-anak muda rupawan untuk membantunya. Ada Sonya (Hana Mae Lee), seorang goth yang kocak. Max (Robbie Amell) yang kerap memamerkan body-nya yang sicpack. Allison (Bela Thorne), seorang cheerleader yang intelejensianya sama dengan marmut. Dan John (Andrew Bachelor) yang sepertinya ingin sukses dengan cara yang mudah.
Cole berhasil selamat dari serangan sekte orang-orang stres ini. Film pertamanya diakhiri dengan Cole yang menyadari bahwa Bee menghilang seperti ditelan oleh angin. Kemana dia pergi? The Babysitter: Killer Queen loncat dua tahun dari insiden film pertamanya.

Sekarang Cole sudah settle di SMA-nya meskipun kejadian dua tahun lalu memberikannya trauma. Dia masih sering konsultasi dengan suster di sekolahnya. Orang-orang menganggapnya aneh. Orang tuanya menganggapnya gila.

ADVERTISEMENT

Yang paling parah adalah sahabatya, Melanie (Emily Alyn Lind) yang menyaksikan kejadian satu tahun lalu tidak juga cinlok. Padahal semua moment menunjukkan bahwa mungkin dia akan jadian dengan Melanie.
Tapi semuanya sepertinya akan ke jalur yang benar karena Melanie mengajak Cole untuk ikut pesta di danau akhir pekan ini. Akan ada alkohol dan tentu saja tanpa pengawasan orang tua semuanya bisa terjadi. Dalam perjalanan, Melanie menunjukkan bahwa dia masih mempunyai perasaan terhadap Cole.
Apakah akhir pekan ini bisa menjadi momen yang tak terlupakan bagi Cole? Ternyata tidak. Max, John, Sonya dan Allison muncul lagi dan mulai meneror Cole untuk melanjutkan ritual mereka dua tahun lalu.
Dengan bantuan si anak baru, Phoene (Jenna Ortega), Cole pun sekarang (sekali lagi) harus menyelamatkan diri dari serangan sekte setan gila ini.
The Babysitter: Killer Queen memang seharusnya tidak dibuat. Apapun yang ada dalam film ini sudah pernah Anda saksikan di film sebelumnya. Kelihatan sekali bahwa plot film ini sangat dibuat-buat.
Penulis skripnya yang asli tidak kembali untuk melanjutkan sekuelnya. Empat penulis barunya (Dan Lagana, Brad Morris, Jimmy Warden dan McG sendiri) kelihatan sekali butuh konten untuk menambal isi cerita yang sangat tipis sehingga mereka melibatkan berbagai flashback yang sayangnya tidak berkontribusi terhadap keseluruhan isi cerita.

Tanpa ada flashback-flashback gemas tersebut The Babysitter: Killer Queen akan tetap berjalan seperti biasa.Untungnya keempat penulisnya cukup cerdas untuk mengenalkan penonton terhadap heroine yang baru. Karakter Phoebe mungkin tidak original. Tapi Jenna Ortega sebagai aktor mampu membawakan perannya dengan baik sehingga ketika dia pertama kali muncul di layar lengkap dengan deklamasinya bahwa (mungkin) dia sedang hamil langsung mencuri perhatian saya. Chemistry-nya dengan Judah Lewis terjaga dengan baik sehingga kolaborasi mereka berdua enak untuk disaksikan.

[Gambas:Youtube]





The Babysitter: Killer Queen secara definisi memang bukan sekuel yang baik. Tapi setidaknya dia berhasil untuk memenuhi fungsinya: menghibur. Kalau Anda mencari tontonan yang substansial, sebaiknya Anda menonton IΓ•m Thinking of Ending Things yang juga ada di Netflix. Tapi jika Anda mencari kekacauan yang menghibur, film ini sangat saya rekomendasikan.

Ada berbagai adegan kekerasan gore yang kocak menghiasi film ini. Walaupun joke-nya selalu sama tapi menyaksikan kepala pecah berkali kali dengan tone komedi ternyata tetap menghibur. Meskipun banyak jokes yang miss daripada hit tapi keseruan antar karakternya tetap terasa.

Satu hal yang juga membantu The Babysitter: Killer Queen untuk tetap asyik dinikmati adalah presentasi audio visual dari McG yang jempolan. Sebagai sutradara yang terkenal dengan visual heboh (dua film CharlieΓ•s Angels dan This Is War), visual film ini enak sekali dilihat lama-lama.

Adegan malam hari yang terkesan seram malah terlihat romantis dan megah. Setiap adegan yang berhubungan dengan darah dibuat dengan keseriusan yang lebih sehingga hasilnya maksimal untuk membuat Anda shock dan tertawa pada saat yang bersamaan.

Oh dan terakhir, kalau memang Netflix berniat menjadikan ini franchise, Bee harus muncul di setiap film. Samara Weaving mempunyai kharisma yang lebih dari kebanyakan aktor sehingga setiap kali dia muncul yang ingin saya lakukan adalah berteriak.

Bee adalah alasan kenapa menjadi anggota sekte pemuja setan sepertinya bukan ide yang terlalu buruk. The Babysitter: Killer Queen dapat disaksikan di Netflix.

Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.




(doc/doc)

Hide Ads