Kini Vin Diesel melebarkan sayapnya lagi ke (lagi-lagi) sebuah film action yang diharapkan akan menjadi franchise terbarunya, 'Bloodshot'. Diadaptasi dari komik terkenal terbitan Valiant Comics, 'Bloodshot' memiliki apa pun yang diperlukan untuk menjadi sebuah calon franchise action yang menjanjikan. Komiknya lumayan terkenal. Dibuat oleh para pembuat serial 'Fast and Furious'. Dan dari trailernya sepertinya film ini menjanjikan adegan aksi yang menarik. Sayangnya semua potensi tersebut menguap percuma karena 'Bloodshot' adalah salah satu film action paling membosankan yang dirilis tahun ini.
Setup-nya sesungguhnya sangat sederhana. Ray Garrison (Vin Diesel) adalah seorang tentara yang hebat. Dia tahu kapan menyerang, dia tahu bagaimana menyelamatkan sandera, dia bisa membunuh penjahat dengan cepat. Keahliannya ini membuatnya menjadi incaran musuh. Dan karena itulah hari itu dia menyaksikan istrinya diculik dan dia harus melihat istrinya dibunuh di depan matanya. Ray dibunuh. Tapi kemudian dia terbangun lagi. Bagaimana ini semua bisa terjadi? Karena rupanya, Dr Emil Harting (Guy Pearce), membawa jasadnya yang dikirim oleh militer untuk menjadi bahan eksperimen. Dan eksperimen Dr Harting berhasil. Ray sekarang menjadi superhuman. Dia seperti mutan hanya saja semua ini terjadi berkat teknologi. Ray tahan banting. Lukanya bisa sembuh dalam waktu yang sangat cepat. Wolverine akan iri melihat betapa cepat Ray kembali sehat sedia kala setelah peluru menembus wajahnya.
Baca juga: 5 Fakta Menarik di Balik 'Bloodshot' |
Orang yang juga berterima kasih atas kebaikan Dr Harting adalah KT (Eiza Gonzales) yang sekarang bernapas menggunakan mesin yang tertanam di dadanya. Ketika Ray tiba-tiba mendapatkan bayangan siapa yang menjadi pembunuh istrinya, Ray memutuskan kabur untuk balas dendam. KT tidak bisa mencegahnya. Bahkan Dr Harting sendiri. Dan dengan mudah Ray membunuh pembunuh istrinya. Tapi kemudian Ray bangun lagi. Dengan ingatan yang sudah dihapus. Semuanya dimulai dari awal. Dia mendapatkan bayangan pembunuh istrinya. Orang yang lain lagi. Ternyata ada orang yang memang menginginkan keberadaan Ray sebagai senjata. Tinggal menunggu waktu sebelum Ray menguak semua ini.
Ditulis oleh Jeff Wadlow (yang kemarin memberikan kita 'Fantasy Island') dan Eric Heisserer, 'Bloodshot' memberikan penonton rangkaian plot yang mudah ditebak dengan motivasi-motivasi karakter yang tidak jelas. Penonton tidak diberikan waktu yang cukup untuk mencerna drama yang ada karena pembuatnya ingin langsung pamer betapa kuatnya Ray dan betapa canggihnya manusia-manusia super yang menjadi bahan eksperimen Dr Harting. Siapa yang peduli dramaturgi kalau penonton bisa menyaksikan adegan kejar-kejaran yang sungguh tiada duanya. Sopir truk menoleh ngeri kearah Ray yang tidak kenapa-kenapa setelah truk tersebut menabraknya. Adegan seperti itulah yang ada dalam 'Bloodshot'.
Selain plot yang gampang ditebak tersebut, duo penulis skrip 'Bloodshot' juga tidak mempunyai effort sama sekali untuk membuatnya terlihat lebih punya substansi. Mereka sepertinya sadar bahwa plot film ini sungguh menggelikan. Karena itulah mungkin ada berbagai banyak jokes tidak lucu yang diucapkan oleh para geek yang tidak kebagian jatah berantem, serta berbagai jargon tech yang harus diucapkan untuk membuat 'Bloodshot' terasa nyata.
Sutradara David S F Wilson mungkin bisa dipuji karena dia memberikan visual yang lumayan menarik. Beberapa adegan aksi yang dia berikan lumayan cukup, meskipun tidak ada yang akan membuat Anda menganga terheran-heran. Kesalahan utama dia mungkin adalah memaksakan Vin Diesel untuk menjadi Ray.
Meskipun ini film action, dibutuhkan aktor yang mempunyai akting yang cukupan untuk memerankan karakter yang kebingungan dan penuh dengan rasa trauma. Walaupun plotnya template sekali, tapi ada journey yang dilalui oleh Ray. Dan Vin Diesel sama sekali tidak bisa memberikan ini. Cara pembacaan dialognya masih sama ketika dia berduka karena saudaranya meninggal dalam 'Fast and Furious'. Ketika dia marah, sama saja ketika dia kalah dengan apa pun penjahat yang dia hadapi di serial tersebut. Tidak ada hal baru yang ia tunjukkan di film ini. Bahkan di film ini dia memakai singlet putih yang sama yang ia sering pertontonkan baik di serial 'XXX' atau di 'Fast and Furious'. Bandingkan dengan Matt Damon di serial 'Bourne'. Ketika dia kebingungan, penonton juga merasakan kebingungan. Itu karena Matt Damon paham mengenai pentingnya akting.
'Bloodshot' perlu Anda tonton, jika Anda memang pencinta sejati komiknya dan Anda ingin melihat bagaimana hasil akhirnya. Kalau Anda pecinta Vin Diesel, film ini juga bisa jadi obat kerinduan sebelum Anda menyaksikannya lagi dalam 'Fast and Furious 9'. Tapi jika Anda mencari hiburan yang oke, 'Bloodshot' bukan jawabannya.
(mau/mau)