Review 'Ford v Ferrari': Perjalanan Mencapai Kesempurnaan

Review 'Ford v Ferrari': Perjalanan Mencapai Kesempurnaan

Candra Aditya - detikHot
Senin, 18 Nov 2019 11:03 WIB
Foto: imdb.
Jakarta -

Henry Ford II (Tracy Letts) lumayan kesal karena penjualan Ford tidak seperti yang ia bayangkan. Mewarisi Ford dari leluhurnya, Ford II membuat pidato bahwa inovasi sungguh dibutuhkan untuk membuat Ford menjadi legenda seperti sedia kala.

Lee Lacocca (Jon Bernthal) kemudian mengusulkan sesuatu. Bahwa Ferarri selalu menjadi nomor satu karena ia mempunyai image yang luar biasa bagus. Ferarri selalu ikut Le Mans dan memenangkan perlombaan bergengsi itu.

Dan gara-gara Le Mans, Ferarri sepertinya akan bangkrut. Bagaimana kalau Ford dan Ferarri bersatu?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ford II pun mengirim Lacocca ke Italia dengan harapan Ferarri akan bersatu dengan Ford. Tapi rupanya Enzo Ferarri (Remo Girone) mempunyai rencana lain.

Dia tidak hanya menghina Ford II tapi ia juga menggunakan kesempatan itu untuk menaikkan harga dirinya kepada Fiat. Lacocca pulang dengan berita buruk. Dan berita buruk itu pun akhirnya ditelan dengan pahit oleh Ford II.


Ford II memutuskan untuk mengikuti Le Mans. Dia pun mengontak Caroll Shelby (Matt Damon), mantan pebalap yang merupakan seorang designer mobil yang canggih. Shelby pun mengajak Ken Miles (Christian Bale) seorang pebalap yang tidak hanya ahli tapi juga tahu benar mesin yang ia tunggangi. Ketika keduanya bertemu, tidak ada lagi yang menandingi mereka.

Dengan durasi 152 menit, film seperti 'Ford v Ferarri' mungkin berpeluang untuk meninabobokan penonton. Tapi hal tersebut tidak terjadi di film ini.

'Ford v Ferarri' menggunakan durasi tersebut dengan sebaik-baiknya. Tidak ada satu pun momen yang terbuang sia-sia dal film ini. Dari pertemuan pertama Shellby dengan Miles, proses mereka menciptakan mesin untuk mobil mereka dan tentu saja klimaks di Le Mans terasa sangat mulus.

Matt Damon dan Christian Bale memiliki kharisma yang sungguh spektakuler. Chemistry mereka langsung bisa penonton rasakan dari pertama kali mereka muncul.

Mereka tidak perlu melakukan banyak hal dan penonton langsung bisa melihat sifat karakter masing-masing. Dan ketika credit title bergulir, Anda akan tersadar betapa kuatnya persahabatan yang ditampilkan oleh dua aktor kelas kakap ini.

'Ford v Ferarri' tidak akan menjadi sebuah tontonan yang sekuat ini kalau bukan James Mangold yang mengarahkan. Dengan barisan filmography yang sungguh apik (dia bisa membuat Logan menjadi salah satu film superhero terbaik), Mangold menggunakan lintasan balap sebagai alat untuk memacu emosi.

'Ford v Ferarri' adalah sebuah film di mana karakternya didefinisikan berdasarkan action yang mereka lakukan. Dan film ini penuh dengan action.

Adegan balapan yang dibuat Mangold akan membuat Anda merasa seperti Anda yang berada di belakang kemudi. Setiap kali Miles melakukan sesuatu, Anda akan mendukungnya. Setiap mobil yang melintas terasa seperti ancaman beneran. Dibantu dengan mata liar Christian Bale sebagai Ken Miles dibalik kemudi, rasanya seperti nyata.


Dan itu semua kemudian menjadi sebuah atraksi ketika Mangold mengantarkan kita di klimaks filmnya. Bagaimana Mangold membuat ulang Le Mans 1966 adalah sebuah pertunjukan skill filmmaking kelas dewa.

Setiap aksi adalah hidup mati. Satu-satunya cara untuk sampai ke garis finish adalah dengan menjadi pemenang. Dan penonton benar-benar diajak untuk berada di tengah-tengah balapan ini.

Kekurangan 'Ford v Ferarri' mungkin adalah bagaimana ia menggambarkan dunia korporat yang sangat toxic. Ada satu karakter yang mungkin terasa terlalu seperti antagonis sinetron untul berada di sebuah film keren seperti ini.

Tapi dengan kekurangan ini pun, 'Ford v Ferarri' tetap mentereng dan melaju cepat sebagai salah satu biopik yang baik. Kalau Anda menyukai balapan, mobil dan film yang dibuat dengan rapi, Anda tidak bisa melewatkan yang satu ini.

(doc/doc)

Hide Ads