Jika Anda mengharapkan sebuah film action yang woke yang bisa menggambarkan situasi sosio-politik di Amerika zaman sekarang, 'Last Blood' bukanlah film tersebut.
Tampak tembok di perbatasan Texas dan Meksiko tapi hanya itu saja penggambaran perubahan zaman yang terjadi dalam 'Last Blood'. Dalam film arahan sutradara Adrian Grunberg ini, semuanya terasa sederhana.
Meksiko terasa seperti sebuah kota kecil yang tidak lebih besar dari BSD. Dan Arizona sepertinya hanya diwakili oleh rumah dan peternakan kuda milik Rambo.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karakter antagonisnya tidak mempunyai sisi lain selain jahat tulen dari awal sampai akhir. Kelakuan mereka sebegitu menyebalkannya, Anda tidak akan keberatan jika mereka berakhir dengan pisau tertusuk di kepala mereka (dan adegan ini akan terjadi).
Kecuali karakter Rambo, Gabvrielle dan Maria, tidak ada karakter lain dalam 'Last Blood' yang kuat. Bahkan kehadiran Paz Vega sebagai Carmen Delgado, seorang jurnalis yang sedang mencoba menyelidiki soal kasus cartel/human trafficking ini saja juga aneh. Dia hadir hanya untuk Rambo bisa selamat dan lanjut ke fase berikutnya.
Tapi untuk ukuran sebuah film action, 'Last Blood' setidaknya harus dipuji karena dia berusaha untuk memberikan sebuah feeling yang melankoli kepada penontonnya.