Salah satu penderitaan orang dewasa adalah menemani anak atau keponakan untuk menyaksikan film favorit mereka. Tidak semua tontonan keluarga dibuat dengan mindset orang dewasa juga terpaksa harus menontonnya.
Kebanyakan tontonan anak-anak dibuat dengan sensibilitas anak-anak. Itulah sebabnya banyak orang dewasa suicidal ketika terpaksa menemani anak-anak atau keponakan mereka menonton film 'The Emoji Movie' atau bahkan 'Angry Birds' yang benar-benar khusus diciptakan untuk menghibur bocah-bocah.
Dan itulah sebabnya animasi-animasi karya Pixar, Disney atau Ghibli tidak hanya disukai bocah-bocah tetapi juga orang dewasa. Meskipun karya-karya mereka mempunyai daya tarik yang sangat tinggi (robot pengumpul sampah, rumah yang bisa terbang, tikus yang bisa memasak) tapi mereka mempunyai sensibilitas yang bisa dinikmati orang dewasa.
![]() |
Mengadaptasi serial 'Dora The Explorer' bukanlah pekerjaan yang gampang. Serial animasi yang umurnya hampir dua dekade ini mempunyai kepribadian yang sangat kuat dan menjadi sebuah ikon tersendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena usianya yang sudah sepuh, hampir semua orang mengenali Dora, monyetnya (bernama Boots!), tasnya bahkan sepupunya yang bernama Diego (yang akhirnya mendapatkan jatah spin-off sendiri).
Meskipun tugas tersebut sangat berat rupanya penulis skrip Nicholas Stoller dan Matthew Robinson (dengan cerita dari Tom Wheeler dan Nicholas Stoller) dan sutradara James Bobin (yang memberikan kita adaptasi 'The Muppets') mampu menemukan ramuan yang tepat untuk menjadikan live-action pertama serial Dora yang diberi tajuk 'Dora and the Lost City of Gold' menjadi sebuah film yang apik.
![]() |
Ini adalah jenis tontonan keluarga yang kehadirannya tidak akan menyiksa para orang dewasa. Resep rahasianya? Para pembuat 'Dora and the Lost City of Gold' tidak pernah menghindari keanehan-keanehan yang ada di serial animasinya. Bahkan mereka memberikannya panggung.
Hal ini bisa dilihat langsung dari opening scene film ini. Kita melihat Dora Kecil (Madelyn Miranda) dan Diego Kecil (Malachi Barton) bertualang di hutan layaknya film animasi meskipun kali ini kita melihat manusia. Visualnya berikut keberadaan hewan yang bisa berbicara membuat penonton langsung sadar bahwa kita sedang menonton versi live- action dari serial animasinya. Namun kemudian kita dibawa ke realita. Bahwa mereka berdua hanya membayangkan petualangan yang sedang mereka alami.
Hobi Dora untuk berbicara kepada penonton untuk belajar bahasa-bahasa dasar Spanyol ('Apakah kamu bisa menyebut kata 'delicioso'?) pun juga tetap dimunculkan. Meskipun orang tua Dora, Cole (Michael Pena) dan Elena (Eva Longoria) seperti penonton tersadar akan keanehan ini. Dari sini saja saya langsung tahu bahwa 'Dora and the Lost City of Gold' akan menjadi sebuah film yang cukup menarik.
![]() |
Karena kita sudah familiar dengan petualangan Dora di hutan, pembuat film ini membawa penonton ke suasana baru. Apa yang terjadi jika Dora dibawa ke luar zona nyamannya?
Apa yang terjadi jika Dora harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru? Di sinilah 'Dora and the Lost City of Gold' menjadi sebuah film keluarga yang menarik. Menyaksikan Dora (Isabela Moner) harus berhadapan dengan anak-anak SMA di kota adalah hal yang cukup menyenangkan. Apalagi ketika Diego (Jeff Wahlberg) juga akhirnya mendapatkan efek dari kenyentrikan Dora.
Selama di sekolah Dora bertemu dengan Sammy (Madeleine Madden), seorang siswi over-achiever yang menganggap Dora adalah saingannya dan Randy (Nicholas Coombe), seorang siswa yang katanya bisa menahan napas selama tujuh menit. Dalam perjalanan karya wisata mereka, Dora bersama Diego, Randy dan Sammy diculik oleh sekelompok orang orang yang menginginkan emas di Parapata, sebuah kota emas, tempat di mana orang tua Dora sedang ekspedisi.
Dan di sinilah akhirnya Dora menunjukkan ke teman-teman barunya bahwa hutan dan Boots (disuarakan oleh Danny Trejo) adalah sahabat sejatinya.
Untuk sebuah tontonan keluarga, 'Dora and the Lost City of Gold' adalah sebuah film yang sangat family friendly. Begitu banyak jokes baik verbal (kebanyakan diwakilkan oleh Michael Pena yang kehadirannya sungguh berharga) maupun slapstick yang melibatkan hewan yang bisa berbicara dan tingkah Boots yang sangat karikatur. Visualnya pun berwarna cerah dan kekanakan yang pasti akan membuat bocah-bocah tersenyum kesenangan.
![]() |
Sebagai tontonan orang dewasa, penonton akan segera relate dengan transisi Dora karena pengalaman yang dialami oleh Dora adalah sebuah pengalaman yang sangat familiar.
Transisi menjadi dewasa, transisi perpindahan dari pekerjaan satu ke berikutnya, dari single menjadi berkeluarga adalah sebuah pengalaman yang kita pahami betul. Melihat bagaimana Dora berusaha sekuat tenaga untuk menjadi dirinya sendiri di sebuah lingkungan yang tidak dia pahami adalah sesuatu yang bisa penonton dewasa pahami seketika.
Hampir semua pemain 'Dora and the Lost City of Gold' bermain dengan lumayan sesuai dengan porsinya. Tapi yang paling patut diberi pujian adalah Isabela Moner. Gadis yang kemarin juga muncul di sebuah film keluarga berbau komedi apik berjudul Instant Family ini mendapatkan tugas yang berat untuk menjadi karakter ikonik ini.
![]() |
Moner tidak hanya mampu mengenalkan kita kepada Dora yang baru tapi dia juga membuat kita bernostalgia dengan Dora yang lama. Sikapnya yang sangat positif, senyum lebarnya dan bagaimana dia bernyanyi di sebuah dunia yang tiga-dimensional akan terasa aneh jika Moner tidak mempunyai kemampuan akting yang apik.
Moner sanggup menampilkan sisi Dora yang humanis dan karena dialah Dora and the Lost City of Gold berhasil menjadi sebuah tontonan yang nyaman untuk diikuti dari awal sampai akhir film.
Dengan cerita yang mudah untuk diikuti, karakterisasi karakternya yang sangat jelas, petualangan yang lumayan seru dan humor yang fresh, 'Dora and the Lost City of Gold' adalah sebuah awal yang baik. Seperti animasinya, semangat Dora yang menggebu-gebu akan membuat Anda tersenyum lebar.
(doc/doc)