Mereka adalah Zoey (Taylor Russell), seorang mahasiswi yang pemalu; Jason (Jay Ellis), pegawai kantoran dengan attitude dan jas yang berkelas; Ben (Logan Miller), seorang pegawai swalayan yang mempunyai masalah dengan alkohol; Amanda (Deborah Ann Woll, diculik dari serial Daredevil dan True Blood), seorang mantan veteran; Mike (Tyler Labine), seorang supir yang ingin berganti profesi dan yang terakhir adalah Danny (Nik Dodani), seorang pecinta escape room.
Mereka semua menyimpan rahasia masing-masing. Dan mereka semua butuh uang. Kemudian ruangan meeting mereka mendadak memanas dan mereka harus memecahkan teka-teki. Di mana pintu keluarnya? Kalau mereka gagal, mereka akan terpanggang hidup-hidup. Dan ternyata ini hanya awal dari kengerian yang akan mereka hadapi berikutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ditulis oleh Maria Melnik dan Bragi F. Schut, Escape Room memang cukup predictable. Anda bisa menebak siapa yang akan selamat di akhir film. Melnik dan Schut sepertinya tahu karakter mana yang mereka sukai dan tidak. Anda bisa melihat ini dari bagaimana Melnik dan Schut menggambarkan masa lalu karakter-karakternya dan bagaimana mereka menghadapi situasi.
Meskipun bisa ditebak dan karakterisasi karakter-karakternya tidak spesial, tapi keenam tokoh dalam Escape Room cukup menarik untuk membuat filmnya tetap berjalan asyik tanpa gangguan. Misteri masa lalu karakter-karakternya dijahit dengan rapi. Akting para pemeran film ini juga lumayan berhasil sehingga interaksi antara pemainnya terasa hidup.
Dengan skrip yang cukupan, Robital kemudian menunjukkan kemampuannya menata adegan. Bahkan tanpa darah dan potongan tubuh yang melayang kesana-kemari seperti film-film sejenis, Escape Room tetap terasa mencengkeram. Banyak momen dalam film ini yang akan membuat Anda meringis penuh ketegangan. Set pieces yang ditampilkan Robitel cukup impresif. Ini didukung dengan production design yang mewah. Ruangan-ruangan yang ditampilkan di Escape Room terasa meyakinkan dan sinematik meskipun bujet film ini hanya di kisaran 9 juta dollar. Detilnya sungguh menawan.
Satu-satunya kekurangan film ini adalah babak terakhirnya yang bisa ditebak. Misteri yang dirangkai terlalu kompleks sehingga ketika penonton tahu endingnya, Escape Room jadi terasa terlalu hambar. Dengan ending yang sudah di-set-up dengan potensi sekuel, Escape Room sepertinya bisa menjadi sebuah franchise yang menjajikan. Asalkan pembuatnya tidak lupa untuk membuat penonton tetap tegang dan bersenang-senang.
Yang juga menarik adalah bagaimana film ini menarik penonton dengan beberapa tawa di dalamnya. Humor dalam Escape Room cukup efektif untuk membuat penonton bernafas sebelum akhirnya Robitel membuat urat-urat penonton kembali tegang. Escape Room adalah sebuah tontonan seru untuk berkencan. Tidak terlalu berat untuk dikunyah tapi tidak terlalu cetek untuk ditonton. Ini adalah sebuah hiburan yang menyenangkan untuk ditonton ber-ramai-ramai.
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film. (dal/dal)