'Annihilation': Sebuah Ekspedisi yang Memuaskan

'Annihilation': Sebuah Ekspedisi yang Memuaskan

Candra Aditya - detikHot
Jumat, 16 Mar 2018 10:20 WIB
Foto: (imdb)
Jakarta -

Alex Garland tidak tertarik untuk menepuk pundak penonton agar semuanya baik-baik saja. Film pertamanya, 'Ex Machina', adalah bukti bahwa ia tidak hanya bisa mengguncang emosi karakter utamanya namun juga mengaduk-ngaduk pikiran penonton. Garland tidak memberikan jawaban, dia justru tertarik untuk memberikan pertanyaan. Dalam 'Ex Machina' pertanyaannya jelas: siapa sebenarnya yang jahat, manusia atau si artificial intelegence? Hal ini juga terjadi dalam film terbarunya, 'Annihilation'.

'Annihilation': Sebuah Ekspedisi yang MemuaskanFoto: (imdb)


Dibandingkan dengan 'Ex Machina' yang lebih low-key, 'Annihilation' bermain dengan ambisi yang lebih besar. Ini bisa Anda lihat dari scope-nya yang jauh lebih masif. Tapi meskipun Garland mendapatkan budget yang lebih besar, rasa filmnya tetap sama. Garland tetap berhasil mendorong penonton menyelami labirin yang rumit dari awal film. Misteri langsung disajikan sejak film dimulai.

Kita melihat Lena (Natalie Portman) diinterview oleh sekelompok orang dalam sebuah ruangan yang steril. Orang-orang tersebut nampaknya begitu tertarik dengan bagaimana Lena bisa kembali hidup dari ekspedisinya. Semua orang yang ikut ekspedisi ini tidak pernah kembali. Lena satu-satunya yang berhasil kembali dan selamat. Bagaimana ini bisa terjadi? Lena pun tidak tahu.

Kemudian film pun berjalan mundur dan batu bata demi batu bata mulai dipasang. Lena, yang merupakan seorang biologist ternyata sedang menunggu suaminya, Kane (Oscar Isaac) yang sudah lama tidak pulang. Sudah lebih dari setahun Kane pergi dan tidak ada satu pun kabar. Kemudian, tiba-tiba, Kane pulang. Dia, seperti Lena di awal film, tidak tahu bagaimana dia bisa kembali. Dia tidak tahu apa yang terjadi, yang dia tahu dia harus kembali ke Lena. Kemudian tiba-tiba dia kejang-kejang dan mengalami internal bleeding.

'Annihilation': Sebuah Ekspedisi yang MemuaskanFoto: (imdb)


Akhirnya Lena mengetahui rahasia baru ketika dia berkomunikasi dengan Dr. Ventress (Jennifer Jason Leigh). Kane pergi dalam sebuah ekpedisi untuk menyelidiki sebuah daerah yang dinamakan Area X. Area X ini adalah sebuah tempat yang kejatuhan benda dari luar angkasa yang menyebabkan ia mempunyai sebuah electromagnetic field sebagai pelindungnya. Semua orang yang menyelidiki tempat tersebut dan masuk ke dalamnya tidak pernah kembali.

'Annihilation': Sebuah Ekspedisi yang MemuaskanFoto: (imdb)


Dengan Kane dalam keadaan koma, Lena makin lama makin kebingungan mencari jawaban. Tiap saat dia memandang Area X, yang tiap saat makin membesar, ia semakin kebingungan. Akhirnya bersama Dr. Ventress, Anya si Paramedik (Gina Rodriguez), Josie Radek si Physicist (Tessa Thompson) dan Cass si Geologist (Tuva Novotny), Lena pun setuju untuk masuk ke dalam Area X untuk mencari jawabannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

'Annihilation' bukanlah jenis fiksi ilmiah yang adegan-adegannya berisi dengan penjelasan yang panjang lebar, seperti kebanyakan blockbuster sci:fi lainnya. 'Annihilation' adalah sebuah film yang mengharuskan Anda tetap stay alert karena Garland sebagai penulis skrip dan sutradaranya tidak tertarik untuk menjelaskan semua hal secara gamblang.

Ia menganggap semua penontonnya tidak perlu disuapi dan hal ini adalah sensasi yang menyenangkan karena misterinya menjadi begitu kuat. Eksposisinya tetap ada tapi Garland menyajikannya dengan cara yang lebih halus.

'Annihilation': Sebuah Ekspedisi yang MemuaskanFoto: (imdb)


Diadaptasi dari novel karangan Jeff VanderMeer, 'Annihilation' dikemas dalam sebuah horror thriller yang mencekam. Sama seperti 'Ex Machina' yang mempermainkan Anda dengan suasana klaustropobik yang kuat, 'Annihilation' juga memberikan sensasi yang sama meskipun kali ini terornya lebih gamblang. Yang luar biasa adalah meskipun 'Annihilation' dibungkus dalam sinematografi yang indah dengan warna-warna yang memabukkan, film ini memberikan perasaan yang tidak menyenangkan.

Gambar-gambar indah itu justru memberikan suasana tidak nyaman yang membuat 'Annihilation' menjadi sangat asyik untuk disimak. Dan teror ini disajikan sebelum Garland memunculkan monster-monster yang akan membuat Anda menahan nafas.

Seperti dalam 'Ex Machina', Garland mempunyai visi visual yang ciamik. Hal ini juga terlihat dalam 'Annihilation' yang secara visual sangat memanjakan mata. Desain produksinya begitu canggih menampilkan sebuah dunia yang indah sekaligus menyeramkan pada saat yang bersamaan. Sementara itu, scoring dari Ben Salisbury dan Geoff Barrow dipastikan akan membuat Anda merinding.

Hampir semua cast film ini memberikan penampilan prima, terutama Natalie Portman. Di awal film, Portman memberikan penampilan yang cukup sederhana. Tapi keapikan permainan Portman terasa setelah film mulai menunjukkan kegilaannya. Semakin lama 'Annihilation' berjalan, Anda akan semakin takjub dengan range yang bisa ditunjukkan oleh pemenang Oscar melalui film 'Black Swan' tersebut. Ia benar-benar menelan Lena sepenuhnya dan membuat Anda benar-benar berada di sisinya.

Jujur saja, 'Annihilation' bukan untuk semua orang. Film ini bukan jenis film yang akan menjelaskan semuanya secara gamblang. Akan ada beberapa hal yang membuat Anda mengenyitkan dahi Anda. Ending yang dihadirkan Garland justru mungkin akan membuat Anda semakin kebingungan. Tapi itu bukan alasan untuk melewatkan film ini. 'Annihilation' adalah jenis film yang semakin Anda fokus menontonnya, semakin seru film ini untuk disimak. Ditambah dengan third act yang benar-benar menakutkan, Annihilation akan memikat Anda sampai akhirnya end credits bergulir.

Annihilation dapat disaksikan di Netflix.

Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International

(doc/doc)

Hide Ads