Berabad-abad yang lalu, lima suku bersatu dan menamakan diri mereka bagian dari Wakanda setelah prajurit pertama bernama Basengha berubah menjadi 'Black Panther' pertama. Sebuah benda meteorit dari luar angkasa jatuh di tanah Afrika dan menyebabkan tumbuh-tumbuhan mempunyai zat yang membuat si pengonsumsi mempunyai kemampuan luar biasa. Barang ini juga menghasilkan zat mineral bernama vibranium yang mempunyai kemampuan yanh mencengangkan. Tahu karena barang ini akan menjadi incaran banyak orang, Wakanda menyembunyikan diri dari balik pegunungan.
Loncat ke masa kini, T'Challa (Boseman Chadwick) menyiapkan diri untuk menjadi Raja Wakanda setelah kematian sang ayah. Bersama Nakia (Lupita Nyong'o) dan ajudannya Okoye (Danai Gurira), T'Challa berangkat ke Wakanda untuk dilantik menjadi Raja Wakanda. Setelah resmi menjadi Raja Wakanda, T'Challa mendapatkan informasi bahwa pencuri vibranium bernama Klae (Andy Serkis) sedang berada di Busan untuk menjual vibranium curian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai bagian dari dunia Marvel, 'Black Panther' tentu saja memiliki kekurangan dan kelebihan. Kekurangannya, 'Black Panther' meskipun menjadi satu-satunya produk Marvel yang sadar akan budayanya sendiri, masih terseok-seok dengan standar storytelling Marvel yang bisa ditebak. Skrip Ryan Coogler dan Joe Robert Cole tidak bisa berkutik selain mengikuti konvensi Marvel. Coogler dan Cole berusaha keras untuk membuat 'Black Panther' intriguing dengan karakter-karakter yang tiga-dimensional namun sayangnya resolusi 'Black Panther' tidak bisa menyamai kedalaman karakter-karakternya.
Meskipun adegan action Ryan Coogler sangat standar dan balutan CGI yang berlebihan itu terlihat begitu mengganggu, Coogler ahli dalam meramu adegan-adegan drama menjadi berisi. Dibandingkan dengan film-film Marvel yang lain, Coogler mengisi karakter-karakternya dengan motivasi yang jelas dan kompleksitas karakter yang dalam sehingga bahkan karakter antagonis seperti Erik bisa membuat penonton simpati. Dalam adegan-adegan yang tenang itulah 'Black Panther' justru terlihat begitu menawan.
Kesadaran 'Black Panther' akan budaya dan identitas inilah yang akhirnya menjadi senjata utama Black Panther. Untuk pertama kalinya, penonton bisa menyaksikan sebuah dunia yang benar-benar terasa nyata. Setiap adat, setiap suku, setiap ritual terasa seperti sebuah pembuktian. Dan ini terlihat dari visual yang kaya dan scoring dari Ludwig GΓΆransson yang sama sekali tidak terdengar seperti film-film Marvel yang lain.
Semua pemain 'Black Panther' tahu bahwa menjadi bagian dari film ini adalah kebanggaan yang luar biasa. Dipimpin oleh Chadwick Boseman dan Michael B. Jordan sebagai villain pertama Marvel yang menawan, cast 'Black Panther' terlihat begitu bersenang-senang. Lupita Nyong'o, Danai Gurira, Daniel Kaluuya, Forrest Whitaker, Angela Bassett dan Letitia Wright tampil begitu menawan dalam film ini. Mereka semua tidak hanya mempunyai chemistry yang begitu apik namun juga mempunyai kharisma yang tak terbantahkan.
Sebenarnya, 'Black Panther' bukanlah film pertama yang menampilkan karakter superhero kulit hitam sebagai tokoh utama. Trilogi Blade lebih duluan menjadi pelopor. Namun 'Black Panther' adalah film pertama yang identitas African-nya menjadi sebuah faktor penting dalam bercerita. Konteks budaya dan identitas dirinya menjadi sebuah hal yang krusial. Dan kenyataan bahwa film ini dibuat oleh studio besar dan diedarkan secara besar-besaran sebagai produk komersial adalah sebuah hal yang sangat keren.
(doc/doc)











































