'Atomic Blonde': Petualangan Mematikan Si Mata-mata Seksi

'Atomic Blonde': Petualangan Mematikan Si Mata-mata Seksi

Candra Aditya - detikHot
Selasa, 22 Agu 2017 07:55 WIB
Foto: Atomic Blonde (imdb)
Jakarta -

Charlize Theron, aktris kelahiran Afrika Selatan yang terkenal atas bentuk fisiknya yang rupawan dan keahliannya berakting, mencoba membuktikan perempuan bisa melakukan apapun yang pria lakukan dalam sebuah film action.

Setelah aksinya dalam Mad Max: Fury Road, sepertinya sudah tidak ada yang meragukan lagi kemampuannya dalam mengemudi. Kini dalam Atomic Blonde, Charlize Theron melakukan berbagai adegan aksi mematikan yang siap membuat James Bond merinding.

'Atomic Blonde': Petualangan Mematikan Si Mata-Mata SeksiFoto: imdb



Diadaptasi dari novel grafis The Coldest City, Theron berperan sebagai Lorraine, seorang mata-mata MI6. Tugasnya sederhana sekali. Dia harus pergi ke Berlin dan mendapatkan microfilm yang berisi data-data setiap agen mata-mata yang aktif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Atasannya kemudian berkata akan ada rekan kerja bernama Percival (James McAvoy) yang akan membantunya. Tugas ini terdengar mudah. Namun ternyata apa yang terjadi di lapangan tidak sesederhana itu.

Lorraine mulai menyadari bahwa mungkin saja ada pengkhianat di agencynya. Dan keadaan Berlin di tahun 1989 juga tidak membantunya untuk membuat misi ini menjadi mudah untuk dilaksanakan. Dan kehadiran Delphine Lasalle (Sofia Boutella), seorang agen Perancis yang seksi, membuat keadaan menjadi semakin ramai.

'Atomic Blonde': Petualangan Mematikan Si Mata-Mata SeksiFoto: Atomic Blonde (imdb)



Diadaptasi oleh Kurt Johnstad, Atomic Blonde tidak sebodoh seperti yang ditawarkan trailer-nya. Film ini tidak sesederhana John Wick meskipun filmnya juga tidak sepintar serial Jason Bourne. Naratifnya sengaja dibuat non-linear untuk membuat kemisteriusan karakter Lorraine semakin kuat.

Babak ketiganya dibuat begitu membingungkan sehingga di akhir film penonton akan mulai bertanya-tanya siapa sesungguhnya pahlawan dalam film ini. Semua keribetan itu kemudian sengaja dibuat 'norak' oleh sutradaranya.

David Leitch, mantan stuntman dan sutradara John Wick yang pertama, melukis Atomic Blonde dengan warna-warna mencolok dengan lampu neon yang temaram. Unsur misteriusnya makin terasa dan nuansa retro 80- annya terjaga dengan baik.

Obsesi Leitch untuk terus-terusan menyoroti wajah Theron secara close-up juga menambah keindahan film ini. Dengan wajah kakunya, Theron membuat penonton ikut-ikutan bingung dengan misi yang sedang ia laksanakan.

Leitch tahu bahwa konspirasi para agen dalam Atomic Blonde tidaklah serumit yang penulis skrip pikir. Dengan editing non-linear, Leitch membuat filmnya menjadi ekstra menyenangkan dengan tambahan soundtrack 80-an yang asyik dibarengi dengan adegan-adegan aksi yang akan membuat James Bond berfikir dua kali untuk menggoda Lorraine.

Setelah lulus dari John Wick, Leitch semakin paham dalam membuat set-up adegan baku hantam yang mematikan. Atomic Blonde menyajikan adegan baku hantam yang semakin lama semakin intens dan akhirnya semua berujung pada adegan long take di babak ketiga yang akan membuat penonton kelelahan sendiri.

Charlize Theron, yang melakukan semua stunt berkelahinya sendiri, menunjukkan betapa perkasanya dia di sini. Theron tidak hanya meyakinkan tampil rapuh ketika dia sendirian, namun dia begitu mematikan ketika dia mulai beraksi dan menggunakan semua benda yang ada di sekitarnya untuk menghukum siapapun yang menghalangi jalannya.

Adegan long take yang intens di babak ketiga akan membuat Anda meringis kesenangan. Atomic Blonde memang menggaris-bawahi bahwa perempuan bisa melakukan apa saja, tapi ia tidak tertarik untuk membuat Lorraine menjadi setengah dewa.

'Atomic Blonde': Petualangan Mematikan Si Mata-Mata SeksiFoto: Atomic Blonde (imdb)



Di sini Atomic Blonde menunjukkan bahwa pertarungan tanpa henti akan melelahkan kedua belah pihak. Dan ketidaksempurnaan itu yang justru membuat Atomic Blonde terasa manusiawi. McAvoy dengan muka kekanak-kanakannya memang sering terjerembab ke dalam peran-peran yang menggemaskan.

Namun seperti yang pernah ia tunjukkan lewat Split, McAvoy lebih dari mumpuni untuk memerankan karakter yang "sakit". Dan dalam Atomic Blonde, ia menunjukkan bahwa dia bisa menjadi aktor yang pas untuk mengimbangi Theron. Tertawanya yang lantang dan kelakuannya yang serampangan adalah hambatan yang pantas bagi Lorraine.

Tapi tetap saja, ketika credit title bergulir, Atomic Blonde memang milik Charlize Theron. Wajahnya yang dingin, personanya yang bad-ass dan kemampuannya untuk menghajar semua orang yang ada di sekelilingnya membuat Atomic Blonde menggema di kegelapan teater.

Walaupun plot film ini terlalu cemen untuk bintang sekelas Theron, ia berhasil mengangkat film ini ke level yang terhormat. Bagi Anda penggemar film action khusus dewasa, Atomic Blonde jelas tak boleh dilewatkan begitu saja.

Candra Aditya
Writer/Filmmaker

(doc/doc)

Hide Ads