'Mantan': Drama Pencarian Jati diri, Diakhiri Pernyataan yang Berani

'Mantan': Drama Pencarian Jati diri, Diakhiri Pernyataan yang Berani

Shandy Gasella - detikHot
Kamis, 08 Jun 2017 17:00 WIB
Foto: Adegan di film Mantan (Official Renee Pictures)
Jakarta - Biasanya saban bulan Ramadhan para produser film Indonesia ogah untuk merilis film, lantaran konon bakal sepi penonton. Entah sejak kapan teori ini mulai merebak sampai diamini oleh para produser.

Tetapi yang pasti, film seperti 'Wonder Woman' dan 'The Mummy' yang baru saja tayang, bahkan film lokal 'Critical Eleven' yang sudah enam pekan tayang toh nyatanya masih digandrungi penonton. Ini artinya berpuasa di bulan suci Ramadan tidak lantas menahan orang untuk pergi ke bioskop.

Praktis pada hari Kamis pekan ini hanya film 'Mantan' karya debut Swetlana Dea menjadi satu-satunya film Indonesia baru yang berani tayang, seakan menantang pemeo "apes merilis film Indonesia di bulan Ramadan." Lantas apa tawaran film yang diproduseri Gandhi Fernando ini hingga ia begitu percaya diri merilisnya di bulan ini?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

'Mantan' memiliki premis yang segar nan menarik; Adi (Gandhi Fernando, 'Pizza Man', 'Midnight Show'), seorang penulis artikel percintaan, berencana menikahi tunangannya dalam waktu dekat, tetapi sebelum itu terjadi, ia memutuskan untuk napak tilas dengan mengunjungi lima orang mantannya satu per satu yang masing-masing tinggal di kota berbeda. Ia berharap mendapatkan jawaban, sekadar bertemu, atau menyelesaikan hal-hal yang belum tuntas di masa lampau.

Mantan pertama yang ia kunjungi adalah Daniella (Ayudia Bing Slamet, 'Anak Kos Dodol', 'Ketika'), kini ibu rumah tangga, ia sedang dalam perjalanan menjemput anaknya dari sekolah ketika Adi memintanya bertemu di sebuah hotel di Bandung. Awalnya mereka kikuk, tertawa bersama, lantas bertengkar membicarakan masa lalu. Kita kemudian dikenalkan kepada mantan-mantannya yang lain seperti Frida (Karina Nadila, 'Super Didi, 'Abdullah & Takeshi'), Juliana (Kimberly Ryder, 'Winter in Tokyo', 'My Idiot Brother'), Tara (Luna Maya, 'Killers', 'My Blackberry Girlfriend'), dan Deedee (debut Citra Scholastika).

Pertemuan Adi dengan kelima mantannya diceritakan silih berganti, dan bergulir hanya dalam satu template pembabakan, yakni dari satu mantan ke mantan lain, dari satu hotel ke hotel lain, dari satu kota ke kota lain, dialog-dialog pertengkaran, dan ditambah insert sejumlah establishing shot Adi tengah naik kereta dan pesawat terbang. Begitu saja, hingga usai. Pembuat film nampak kekurangan kreativitas, atau bisa jadi kreativitas mereka terbatasi budget film yang kelihatannya minim, amat disayangkan bahwasanya premis yang begitu menyegarkan ini dieksekusi secara kurang maksimal – untuk tidak menyebutnya ala kadarnya.

Mengapa Adi menemui mantan-mantannya hanya di kamar-kamar hotel, tetapi tak disertai penjelasan berarti dari skenario untuk menjustifikasi dalam kerangka cerita hingga kita sebagai penonton dapat memahaminya, dan lantas bisa get along bersama Adi mengikuti napak tilasnya tanpa merasa ada hal yang aneh. Film ini sedikit banyak memberi kesan itu.

Hampir semua jajaran pemain berlakon dengan mengesankan. Ayudia Bing Slamet lewat sorot mata dan caranya berbicara berhasilkan meyakinkan kita bahwa ada luka mendalam yang pernah diberikan Adi terhadapnya dan kita peduli akan nasibnya. Karina Nadila sebagai cewek bandel, hati-hati, lewat bahasa tubuhnya ia bisa saja membatalkan puasa kita manakala kita menyaksikannya tengah hari, jadi jangan bilang saya belum memperingati Anda ya!

Kimberly Ryder secara mengejutkan lewat film ini berhasil menunjukkan kepada kita bahwa ia talenta yang luar biasa, berikan ia dialog-dialog dalam Bahasa Inggris, dan voila terlihatlah potensinya yang selama ini masih kurang mendapatkan apresiasi. Luna Maya yang sudah lama absen menghiasi layar perak memberikan comeback –nya yang manis, dan karakter yang ia perankan yang paling humoris diantara yang lain, maka penampilannya jelas tak mudah dilupakan begitu saja.

Citra Scholastika bermain cukup baik sebagai pendatang baru, hanya sayang babak cerita di mana ia bermain menjadi babak yang paling tak menarik, untuk tidaknya menyebutnya datar-datar saja. Sementara itu, Gandhi Fernando yang berperan sebagai tokoh utama kita, semakin menunjukkan perkembangannya sebagai aktor. Perhatikan bahasa tubuhnya, dan cara ia berdialog, di ending film segala pertanyaan atau keraguan kita akan karakter yang ia perankan terjawab dengan mantap.

Secara teknis film ini tergarap kurang maksimal, tetapi skenario yang ditulis Gandhi masih memberikan banyak hal menyenangkan seperti dialog-dialognya yang penuh humor, dan banyak sekali joke tak terduga tersampaikan paripurna, seperti misalnya joke "Pria Idaman", dan lihat bagaimana karakter Adi yang keturunan India berusaha menertawakan diri sendiri berbicara bahasa Inggris dalam logat India. Lucu sekali. Humor menjadi nilai lebih film ini, dan 'Mantan' diakhiri dengan ending-nya yang berani, sebuah teriakan yang perlu kita dengar, dan tak ada seorang pun boleh membungkamnya.



(doc/doc)

Hide Ads