'Wonderful Life': Kehangatan yang Menyentuh Hati

'Wonderful Life': Kehangatan yang Menyentuh Hati

Shandy Gasella - detikHot
Senin, 17 Okt 2016 16:15 WIB
Foto: visinema
Jakarta - Film debut penyutradaraan Agus Makkie ini diproduksi oleh rumah produksi baru Creative & Co, bersama Visinema Pictures yang terkenal akan reputasinya menghasilkan karya-karya terbaik seperti 'Surat dari Praha', 'Filosofi Kopi', dan 'Cahaya dari Timur'. Dengan jajaran timnya yang solid —produser/penulis/sutradara Angga Dwimas Sasongko, produser Handoko Hendroyono, penulis Jenny Jusuf— aktor Rio Dewanto kali ini ikut duduk di kursi produser. Aktor cilik pendatang baru, Sinyo mendampingi Atiqah Hasiholan ('3 Nafas Likas', 'Bulan di Atas Kuburan'), berbagi peran sebagai anak dan ibu.

Secara sederhana, film ini bercerita tentang Amalia (Atiqah Hasiholan), seorang single parent yang workaholic, yang harus menghadapi cobaan hidup terberatnya. Yakni, berurusan dengan anak semata wayangnya, Aqil (Sinyo), yang divonis mengidap disleksia, sebuah gangguan dalam perkembangan baca-tulis yang umumnya terjadi pada anak menginjak usia 7 hingga 8 tahun. Meninggalkan segala urusan pekerjaan di Jakarta, Amalia mengendarai mobil bersama Aqil ke beberapa daerah di Jawa untuk mencari "kesembuhan" baginya.

Premis yang sederhana ini menjadi tumpuan film untuk bergerak maju, ditambah konflik kecil soal ketidakakuran antara Amalia dan Aqil, juga sejumlah konflik lain yang lebih kecil lagi yang selalu terasa dipaksakan kehadirannya sebagai bumbu demi kepentingan konflik itu sendiri. Seperti, ponsel Amalia yang terus berdering memanggil-manggil dirinya untuk kembali bekerja, Aqil yang hilang di tengah jalan, dan ayahanda Amalia yang keras seperti batu dalam menghadapai kemelut anaknya sendiri. Namun, itu semua tidak seburuk kedengarannya, berkat penampilan Atiqah dan Sinyo yang begitu dinamis saling melengkapi satu sama lain. Mereka membawakan peran masing-masing dengan begitu mengesankan, membuat film ini tetap menawan untuk disaksikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan andai saja film ini tak menghadirkan konflik apa-apa selain hubungan Aqil-Amalia sendiri, rasa-rasanya cerita film bakal menjadi jauh lebih menarik dan menantang secara kreatif pembuatan film. Jelas pembuat film sedikit berkompromi dengan selera pasar, dan itu sah-sah saja. Hanya saja, kemudian yang terjadi film ini berakhir sebagai karya tanpa ambisi apa-apa, enak ditonton namun tak sampai meninggalkan kesan yang mendalam.

Penulis naskah Jenny Jusuf juara sekali dalam menciptakan dialog-dialog yang membumi seperti yang pernah ia lakukan dalam 'Filosofi Kopi', dengan sempalan-sempalan humor yang berhasil tersampaikan. Agus Makkie mengeksekusi film ini dengan caranya yang asyik, sebuah debut penyutradaraan yang baik dan cukup mengesankan. Ajaklah ibu atau putera-puteri Anda untuk menonton film ini, sambil saling bergandengan tangan. Film ini menawarkan kehangatan, cinta kasih, dan persahabatan yang dapat kita rengkuh. Bila ada pesan yang dapat dipetik dari film ini, ialah semangat untuk saling mengerti dan memahami satu sama lain. Dan, pesan itu tersampaikan begitu saja, tanpa kita sadari ia sudah menyentuh hati kita.

Shandy Gasella pengamat perfilman (mmu/mmu)

Hide Ads