'X-Men: Apocalypse': Kembalinya Para Mutan di Tangan Bryan Singer

'X-Men: Apocalypse': Kembalinya Para Mutan di Tangan Bryan Singer

Candra Aditya - detikHot
Selasa, 24 Mei 2016 10:40 WIB
Jakarta -

Satu dekade setelah 'Days of the Future Past', para mutan ini ternyata masih belum legowo dalam menjalani hidup. Charles (James McAvoy) masih tetap menjalankan tugasnya sebagai mentor dan menerima dengan tangan terbuka mutan-mutan muda yang mau berbakti kepada kesejahteraan umat manusia. Erik (Michael Fassbender) mengganti namanya menjadi Henryk dan menyepi di Polandia dan bekerja sebagai buruh. Dia bahagia dengan istri dan anaknya dan hidup tenang dengan menyembunyikan identitas aslinya.

Sementara itu Raven (Jennifer Lawrence) mencoba menampik anggapan bahwa dia pahlawan dan bepergian untuk menyelamatkan mutan-mutan yang dieksploitasi secara diam-diam. Kemudian di Mesir, agen CIA Moira (Rose Byrne) menyaksikan bahwa mutan tertua bernama Apocalypse (Oscar Isaac) bangkit. Dengan kekuatan yang tak terbatas, Apocalypse murla dengan bentuk dunia yang sudah berubah. Dia muak dengan manusia-manusia yang menyembah kepada barang-barang fana. Maka dia mengumpulkan mutan-mutan baru untuk mengembalikan lagi dunia ke tangannya. Ada Psylocke (Olivia Munn), Storm (Alexandra Ship) dan Angel (Ben Hardy).

Jean (Olivia Turner) mengetahui bahaya Apocalypse. Dia memperingatkan Charles soal ini. Dan saat itulah Charles melihat bahwa Erik yang sedang berduka atas kematian anak dan istrinya, telah bergabung dengan Apocalypse. Erik bersama Hank (Nicholas Hoult) dan Raven dan Peter (Evan Peters), akhirnya mengumpulkan mutan-mutan baru mereka, Scott (Tye Sheridan) dan Kurt (Kodi Smit-McPhee) untuk melawan Apocalypse dan mencegah kehancuran dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Serial ‘X-Men’ adalah salah satu pionir dalam genre film superhero. Setelah ‘Batman’ di era 90-an dan lanjutannya, ‘X-Men’ membuat para studio memburu hak cipta komik-komik terkenal yang akhirnya membuat banyak film-film superhero bermunculan. Bryan Singer adalah orang yang bertanggung jawab atas film ‘X-Men’ pertama. Visinya yang keren ditambah dengan penceritaan yang baik membuat film tersebut diterima dengan baik. Sekuelnya, ‘X2’, mendapatkan respons yang lebih bagus lagi.

Kemudian Singer berpindah haluan untuk menyutradarai ‘Superman Returns’ yang mendapatkan review yang begitu jelek dari para kritikus. Spin-off ‘X-Men’ seperti ‘Wolverine: Origins’ juga gagal mendapatkan respons yang sama seperti dua film ‘X-Men’ yang dahulu. Kemudian Matthew Vaughn menggantikan posisi Singer untuk reka-ulang ‘X-Men’ dalam ‘X-Men: First Class’. Dirilis pada 2011, film tersebut mendapatkan respons hangat baik dari kritikus maupun dari para penonton. Visual yang asyik, pemilihan cast yang paten dan cerita yang fresh membuat semua orang terpuaskan.

Tiga tahun kemudian Singer kembali menjadi komandan dalam ‘Days of the Future Past’. Film tersebut memang tidak seoriginal ‘First Class’, namun dengan para pemain ‘X-Men’ lama dan yang baru berkumpul dalam satu film, lengkap dengan setting 70-an yang groovy, menjadikannya film ‘X-Men’ yang paling laris. Dua tahun kemudian Singer akhirnya kembali, untuk menyutradarai ‘X-Men: Apocalypse’.

Film ini, seperti film sebelumnya, masih menawarkan ledakan dan berbagai adegan aksi yang dijamin hanya akan menggelegar sensasinya jika ditonton di layar besar. Visual efeknya cukup mumpuni dan desain suaranya begitu luar biasa hingga kursi Anda akan bergetar. Adegan slow-mo yang menjadi buah bibir di film sebelumnya, kali ini juga hadir dengan durasi yang sama. Walaupun klimaksnya kurang berkesan, namun film ini tetap membuktikan bahwa dengan bujet 234 juta dollar AS, ‘X-Men: Apocalypse’ menawarkan sensasi sinematik yang lumayan asyik.

Sayangnya, si penulis skrip Simon Kinberg, tidak menawarkan sesuatu yang baru dalam film ini. Masalah utama dari ‘X-Men: Apocalypse’ adalah penjahatnya yang tidak kharismatik. Oscar Isaac nampak tidak berguna di film ini. Ambisi sang penjahat untuk menguasai dunia terasa terlalu generik. Padahal Kinberg mempunyai banyak karakter yang bisa diolah. Love and hate relationship antara Charles dan Erik bisa digali lebih dalam lagi.

Untungnya, film ini diselamatkan oleh para karakter mutan baru yang cukup mencuri perhatian. Terutama si Kurt atau Nughtcrawler yang tidak hanya menjadi comic relief yang pas namun juga memberikan aksi yang berkesan. Olivia Munn sebagai Psylocke juga akan membuat Anda betah duduk lama. Editing yang agak lambat dan penceritaan yang kurang tepat sasaran akhirnya membuat ‘X-Men: Apocalypse’ menjadi agak sedikit membosankan. Film ini memang tidak buruk tapi Singer harusnya sudah tahu bagian mana yang menarik dan bagian mana yang seharusnya berakhir di meja editing. Tapi sebagai penggemar film superhero, X-Men: Apocalypse tidak bisa dilewatkan begitu saja.

Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.


(mmu/mmu)

Hide Ads