'Poltergeist': Sekali Lagi, Teror Hantu Rumah Angker

'Poltergeist': Sekali Lagi, Teror Hantu Rumah Angker

Candra Aditya - detikHot
Rabu, 24 Jun 2015 11:38 WIB
Jakarta - Mengikuti jejak 'The Conjuring' yang ternyata berhasil menjadi horor mengejutkan di musim panas dua tahun lalu, 20 Fox Century mencoba mengumpulkan keberuntungan mereka dengan me-reboot horor klasik 'Poltergeist'. Kali ini sutadara 'City of Amber', Gil Kenan, mendapatkan kesempatan untuk mengambil alih warisan Tobe Hooper yang legendaris itu.

Versi baru ini dimulai dengan kepindahan keluarga Bowen setelah si kepala keluarga, Eric (Sam Rockwell) kehilangan pekerjaannya. Sang istri, Amy (Rosemary DeWitt), mendukung keputusan ini meskipun anaknya yang sulung, Kendra (Saxon Sharbino), muak dengan keputusan sepihak ini. Keanehan mulai terjadi ketika putri sulung mereka, Madison (Kennedi Clements), mulai berbicara sendiri. Anak kedua mereka, Griffin (Kyle Catlett), yang paranoid juga memperhatikan keanehan ini.

Puncaknya terjadi ketika di sebuah malam Griffin melihat Madison berbicara dengan televisi mereka yang menyala dengan sendirinya. Madison mengatakan bahwa “mereka sudah ada di sini”. Kalimat tersebut diikuti dengan kejadian-kejadian aneh yang terjadi keesokan harinya. Dan ketika Madison menghilang dan diculik oleh makhluk halus, barulah keluarga Bowen tersadar bahwa rumah mereka ternyata sudah ada penghuninya, jauh sebelum mereka menapakkan kaki di tempat tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

'Poltergeist' versi baru yang ditulis oleh David Lindsay-Abaire ini ternyata tidak hanya tak bisa menandingi versi aslinya. Tapi, juga belum bisa disejajarkan dengan film-film horor modern yang dicintai banyak orang seperti 'Paranormal Activity' atau dua karya James Wan, 'Insidious' dan 'The Conjuring'. Film ini memang tak berakhir tragis seperti horor-horor remake kebanyakan yang hancur berantakan. Gil Kenan paling tidak tahu bagaimana cara mencari aktor-aktor berbakat yang bisa meyakinkan penonton bahwa mereka memang sedang diteror oleh makhluk-makhluk halus.

Namun, sayangnya usaha baik itu tidak bisa menutupi kenyataan bahwa 'Poltergeist' tidak bisa membuat para penonton menjerit ketakutan. Salah satu kejeniusan film lamanya adalah kenyataan bahwa teror ini muncul di tempat yang biasa kita temui. Hantu-hantu ini meneror para karakternya yang tinggal di perumahan yang kelihatannya baik-baik saja. Hal tersebut membuat paranoid penonton meningkat. Kalau hal tersebut bisa terjadi di sebuah tempat yang kelihatannya normal, lalu apa yang terjadi dengan rumah yang sudah angker dari awal?

Sementara itu, skrip Lindsay-Abaire langsung menuntun penonton ke rasa tidak aman dari awal. Dari menit awal kita sudah tahu bahwa sudah ada yang tidak beres dengan rumah tersebut. Hal ini membuat kejutannya menjadi tidak seru lagi. Padahal, salah satu elemen paling kuat dalam 'Poltergeist' ini terjadi ketika penonton tidak disuapi hal-hal yang langsung seram. Adegan ketika Boyd (Nicholas Braun) mencoba untuk mengebor dinding adalah salah satu yang paling menyeramkan karena penonton dibiarkan membayangkan imajinasi yang paling buruk. Kita tidak diberitahu informasi soal hantu apa yang sedang menyerangnya, tapi melihat adegan yang terpampang di layar, kita sudah jiper duluan.

Scoring-nya seperti kebanyakan film horor akhir-akhir ini, sengaja dikencangkan volumenya sehingga penonton sudah kaget duluan. Bandingkan dengan versi lamanya yang lebih menguatkan ke atmosfer seram. Hal tersebut terasa jauh lebih efektif. Pada akhirnya film ini hanya akan menjadi hiburan sekilas bagi Anda yang rindu film horor —atau yang belum pernah menonton buah karya klasik— Tobe Hooper. 'Poltergeist' memang tidak seburuk itu, beberapa adegannya cukup mencekam. Tapi, film ini tidak ada apa-apanya dibandingkan film lamanya yang sangat membekas di ingatan.

Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.

(mmu/mmu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads