'The Bling Ring': Tragedi Remaja Abad XXI

'The Bling Ring': Tragedi Remaja Abad XXI

- detikHot
Selasa, 04 Nov 2014 11:00 WIB
Jakarta -

Menjadi anak muda adalah masa-masa paling sulit yang pernah dialami seseorang. Apalagi menjadi anak muda yang harus pindah ke tempat baru seperti di Calabasas, California dimana menjadi hip dan gaul adalah satu-satunya hal yang mendefinisikan seseorang adalah β€œsomebody” atau β€œnobody”. Itulah yang dialami oleh Marc (Israel Broussard), si anak baru. Untungnya, Marc segera bertemu dengan Rebecca (Katie Chang) yang hip dan mengerti tentang keresahannya. Keduanya pun segera akrab dalam sekejap.

Bersama dengan Rebecca, Marc segera bertemu dengan anggota geng gaul lainnya. Mereka adalah Nicki (Emma Watson), Sam (Taissa Farmiga) dan Chloe (Claire Julien). Bersama-sama mereka berusaha keras untuk menjadi anak muda pedoman di California. Mereka juga pergi ke tempat paling hits dan mengumbar aktivitas mereka ke sosial media. Dan jika perlu, mencuri barang-barang berharga selebritis Hollywood demi menunjang keeksisan mereka.

'The Bling Ring' adalah film kelima Sofia Coppola setelah debutnya yang sensasional dalam 'The Virgin Suicides', disusul berturut-turut 'Lost In Translation' yang mengharu biru, 'Marie Antoinette' yang kontroversial, dan 'Somewhere' yang sunyi dan penuh dengan aroma nostalgia. 'The Bling Ring' adalah adaptasi sebuah kisah nyata terkenal tentang para kriminal muda yang mengincar barang-barang berharga para selebritis Hollywood. Motif para kriminalnya sebanal ingin eksis di antara kawan-kawan mereka. Coppola mengadaptasinya sendiri dari artikel Vanity Fair yang berjudul 'The Suspects Wore Louboutins' karya Nancy Jo Sales.
Β 
Ketika 'The Bling Ring' premiere di Cannes musim panas tahun lalu --alasan distributor film ini menyimpannya begitu lama dan baru merilisnya di Indonesia sekarang adalah misteri-- banyak orang mempertanyakan treatment Sofia Coppola terhadap kisah ini yang sangat tidak "Sofia Coppola". Filmnya penuh warna-warni gulali, musiknya terlalu hingar-bingar, ceria dan mood-nya tidak ada kelam-kelamnya sama sekali. Bahkan 'Marie Antoinette' yang cukup hingar bingar masih memiliki aura keputusasaan yang kuat. Bagaimana ini bisa terjadi kepada Sofia Coppola? Apakah ini kemunduran?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejujurnya, itu adalah salah satu ide terbaik yang pernah dimiliki oleh Sofia Coppola. Sebagai seorang pembuat film, dia tidak pernah membiarkan dirinya sebagai penghakim atas karakter-karakter filmnya. Dia membiarkan dirinya sebagai pencerita. Tidak ada sekalipun momen dalam 'The Bling Ring' kita dibiarkan untuk menghakimi anak-anak muda yang cenderung bodoh ini --habis mencuri barang di rumah Paris Hilton kemudian dengan entengnya cerita ke semua orang!-- kita diajak untuk bersenang-senang lengkap dengan lukisan frame berwarna pastel yang indah dari Harris Savides dalam karya terakhirnya dan diselesaikan oleh Christopher Blauvelt.
Β 
Sofia Coppola begitu ekstrem membiarkan dirinya terjun ke dalam dunia anak muda yang ingin dia gambarkan sampai memberikan soundtrack yang tidak pernah ia lakukan dalam filmnya. Ia dan music supervisor Brian Reitzell memasukkan musisi-musisi hits seperti Sleigh Bells, Azealia Banks, Kanye West, M.I.A sampe Deadmau5 untuk memberikan penonton gambaran yang jelas seperti apa dunia yang ditinggali oleh Marc dan Rebecca. Jika Sex Pistols dalam 'Marie Antoinette' adalah political commentary maka kehadiran Phoenix dalam 'The Bling Ring' adalah tandanya berpesta. Tapi, meskipun filmnya hingar bingar, meriah dan editing Sarah Flack membuatnya seperti video klip, Sofia Coppola tidak pernah kehilangan sentuhannya untuk memberikan penjelasan --dia melakukannya dengan sangat subtle.

Dalam kasus Marc, kita melihat kebingungan mengenai seksualitasnya. Sofia Coppola tidak menunjuk terang-terangannya bahwa dia gay, namun kita bisa melihat petunjuknya sepanjang film. Kemudian hadir pula sosok Laurie (Leslie Mann, salah satu hal terbaik dalam film ini) sebagai orangtua Nicki dan pengasuh Sam. Orangtua baik-baik mana yang memberikan sarapan Adderall --obat khusus untuk penderita ADHD yang sering disalahgunakan agar konsentrasi penggunanya bisa lebih fokus-- kepada putri-putri mereka dengan begitu kasualnya?

Keinginan para karakternya bermimpi --yang diutarakan tanpa malu-malu-- untuk mempunyai fashion line dan mempunyai reality show mereka sendiri adalah status keras Sofia Coppola atas maraknya reality show di Amerika Serikat. Jika menjadi cantik dan fashionable seperti para pemeran reality show MTV 'The Hills' bisa menjadi komoditi, kenapa harus belajar dan menjadi pintar? Ekstrem memang. Tapi, itu yang sedang terjadi. Lihat saja Keluarga Kardashian. Mereka tidak berbakat dalam bidang apapun kecuali bentuk fisik mereka. Dan, mereka luar biasa digemari.

Tidak bisa dipungkiri, 'The Bling Ring' menjadi istimewa karena barisan pemain mudanya yang brilian. Israel Broussard, Katie Chang, Taissa Farmiga, Emma Watson dan Claire Julien memainkan peran masing-masing dengan baik. Broussard dan Chang memiliki chemistry dengan baik sehingga apapun yang mereka lakukan akan membuat Anda geleng-geleng kepala sambil menahan tertawa. Emma Watson yang berusaha keras menghapuskan peran gadis baik-baik dalam serial 'Harry Potter' berjuang ekstra keras dengan menggunakan aksen Amerika anak gaul untuk perannya. Dan, dia begitu berhasil melakukannya sehingga Anda percaya saja bahwa Hermione Granger sekarang menjadi another dumb American girl. Watson juga salah satu hal paling konyol yang bisa Anda saksikan dalam film ini.

Bagi mereka yang belum pernah merasakan betapa menekannya pergaulan anak zaman sekarang, terutama di Amerika sana, 'The Bling Ring' jelas akan dilirik sebelah mata. Tapi, berkat Sofia Coppola, Anda bisa tahu bahwa sekarang anak-anak muda rela untuk melakukan hal tolol seperti mencuri --bahkan kalaupun itu harus diambil dari selebriti macam Megan Fox-- demi eksistensi. Ini baru namanya tragedi Abad XXI.

Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.

(mmu/mmu)

Hide Ads