'The Fault In Our Stars': Kanker dan Cinta Minus Klise

'The Fault In Our Stars': Kanker dan Cinta Minus Klise

- detikHot
Senin, 30 Jun 2014 11:25 WIB
Jakarta - Terberkatilah seseorang dengan nama John Green. Tanpa dia kita akan masih stuck dengan berbagai young adult dystopian fantasy yang tidak ada habisnya. Setelah 'Twilight', 'Hunger Games', 'Mortal Instruments', 'Divergent' dan yang akan datang 'Maze Runner', kita sepertinya sudah capek dengan persoalan anak muda dan kekuatan magis mereka serta dunia kacau yang mereka tinggali.

'The Fault In Our Stars' karya Josh Boone adalah adaptasi apik dari buku laris karya Green tersebut. Ini adalah film remaja yang harus Anda saksikan. Tapi, ini bukan kisah remaja yang Anda bayangkan. Kisah yang satu ini membutuhkan lebih dari sekedar rasa penasaran Anda, tapi juga stok tisu yang banyak.
 
Hazel Grace Lancaster (Shailene Woodley) adalah gadis berusia 16 tahun pengidap kanker. Tidak seperti Mandy Moore dalam 'A Walk To Remember', Hazel Grace menghindari segala macam klise cewek kampung ababil antisosial. Hazel Grace adalah gadis dengan sense of humor yang unik dan tidak jarang menertawakan sendiri kondisinya yang tragis. Kedua orangtuanya yang sangat mendukung, Frannie Lancaster (Laura Dern) dan Michael Lancaster (Sam Trammel, yang diculik dari serial hits HBO 'True Blood') terus mendorong putri mereka satu-satunya untuk menjalani kehidupan remaja yang normal dengan mengikuti kelompok pendukung.

Ingin membahagiakan orangtuanya sebelum meninggal, pergilah Hazel Grace ke sebuah kelompok pendukung. Bertemu dengan muda-mudi sebayanya yang juga memiliki kondisi yang kurang lebih sama. Ia tak tahu, hidupnya akan segera jumpalitan begitu dia bertabrakan dengan cowok paling keren sepanjang masa, Augustus Waters (Ansel Elgort). Dan, dari detik itu juga, kita akan mendukung seratus persen agar mereka tetap bersama-sama selamanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara kasat mata, 'The Fault In Our Stars' layak untuk dihindari jauh-jauh. Film anak muda --yang secara kualitas biasanya menyedihkan-- tentang pengidap kanker? Jelas bukanlah premis yang menjanjikan. Tapi, tunggu dulu. Bagi yang sudah membaca bukunya, tahu bahwa John Green menghindari semua klise yang ada. Scott Neustadter dan Michael H Weber sebagai penulis skrip --sebelumnya menulis skrip '(500) Days of Summer' dan 'The Spectacular Now' yang juga dibintangi Woodley-- mempersembahkan film ini dengan sentuhan midas.

Plot film ini mengalir dengan nikmat dan dibuat dengan sedemikian rupa untuk membuat penonton tersesat dalam kehidupan dua karakter utamanya. Beberapa orang mungkin menganggap keputusan tersebut sebagai eksploitasi emosi, namun pada akhirnya, semua orang akan tetap trenyuh melihat kisah cinta dua sejoli ini. Belum lagi dialog-dialog kocak dan penuh dengan inside joke yang pasti akan membuat Anda menyeringai lebar. Scott Neusbertadter dan Michael H Weber berhasil meramu kisah Hazel dan Augustus dengan efektif tanpa harus memotong bagian interaksi Hazel dan keluarganya.

Josh Boone sang sutradara baru menyutradarai satu film sebelum setuju untuk menggarap film ini. 'Stuck In Love', film pertamanya, memang agak tertatih-tatih dalam penceritaan, tapi Anda bisa melihat bahwa Boone adalah orang yang tepat untuk menyampaikan emosi para karakternya. Dan, ini bisa kita lihat dengan jelas dalam 'The Fault In Our Stars'. Dengan durasi 125 menit, penonton akan merasakan begitu kayanya perasaan penuh cinta yang mengharu-biru. Salah satu faktor utama kenapa Boone berhasil menyampaikan itu adalah pilihan aktornya.

Shailene Woodley, fresh setelah bermain dalam 'Divergent', tampil lebih gagah berani sebagai Hazel Grace walaupun hidungnya tersumbat dengan selang oksigen selama dua jam. Tidak ada satu pun kesalahan yang dia lakukan dalam film ini. Dia adalah Hazel Grace yang sempurna. Dari pertemuannya pertama kali dengan Augustus Waters sampai akhir film, Woodley tampil mempesona dan mencuri perhatian. Kerapuhan Woodley pantas membuatnya disebut sebagai salah satu aktris muda yang berbakat saat ini, berdampingan dengan Jennifer Lawrence. Tidak mengherankan jika Woodley bisa mendapatkan panggilan nominasi Oscar tahun depan. Kamera pun tidak ingin menjauh dari ekspresinya yang begitu kaya saat dia menelepon Augustus untuk mengatakan bahwa dia adalah granat.

Ansel Elgort yang juga bermain dalam 'Divergent' sebagai saudara Woodley, memiliki chemistry lebih kuat kali ini sebagai pacarnya. Memang benar, karakter Augustus Waters terasa larger than life, tidak nyata dan terlalu imajinatif. Augustus Waters hanya ada dalam film. Tidak ada cowok sebaik itu di dunia nyata. Tapi, itu tidak lantas membuatnya menjadi karakter yang aneh. Di tangan Ansel Elgort, Augustus Waters menjadi bocah yang diimpi-impikan oleh setiap gadis remaja di seluruh dunia dan para ibu untuk menjadi menantunya.

Para pemain pendukung yang paling mencolok adalah Nat Wolff, Laura Dern dan tentu saja, Willem Dafoe. Jika Nat Wolff mencuri perhatian dengan tingkahnya yang aneh, Laura Dern merebut hati kita dengan rasa sayangnya yang tak terhingga kepada anaknya, Willem Dafoe membuat kita benci setengah mati kepada sosoknya yang acuh. Sebagai Peter van Houten, novelis yang dikagumi oleh Hazel dan August, Willem Dafoe sama sekali tidak mengecewakan.

Dilengkapi dengan soundtrack yang sangat berjiwa muda dan grafis-grafis yang sangat dekat dengan keseharian masa kini, 'The Fault In Our Stars' adalah 'The Notebook' untuk generasi Twitter. Film ini memang seperti berteriak untuk membuat Anda mencucurkan air mata, tapi pada akhirnya, Anda tidak akan mengelak bahwa film ini dibuat dengan begitu bagus. Sehingga siapapun akan mengelap wajah mereka dengan tisu ketika akhirnya Hazel Grace berkata, "Okay."

Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.

(mmu/mmu)

Hide Ads